Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Bank Tanah dan Mimpi Calon Bintang Lapangan Dunia dari Desa

26 Januari 2025   23:34 Diperbarui: 26 Januari 2025   23:34 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak-anak bermain sepak bola (Sumber: Unsplash.com/tchen_7993)

Menjadi pemain sepak bola profesional adalah mimpi sebagian besar anak-anak di Desa Blacanan. Namun mimpi itu seperti tenggelam bersama air dari banjir rob yang datang menghampiri desa mereka.

Banjir rob telah menghapus lapangan dari benak masyarakat desa itu. Jika mereka tetap keukeuh dengan mimpinya, mereka harus pergi ke desa tetangga, namun desa-desa tetangga yang dekat dengannya juga mengalami nasib serupa. Mereka pun harus pergi ke desa tetangga terjauh dari tempat mereka tinggal. Jika menjadi pemain sepak bola profesional adalah mimpi indah mereka, maka banjir rob barangkali adalah mimpi buruk yang datang setiap hari.


Saya merupakan saksi bagaimana banjir rob di pesisir pantai utara Jawa Tengah itu telah merendam lapangan hijau dengan pemandangan sawah di sekelilingnya. Dulu saya sering menyaksikan banyak pertandingan sepak bola di desa tersebut namun pertandingan itu hanya manis terlukis di memori saja. Anak-anak bermain di lapangan hijau sekarang menjadi cerita bagi generasi milenial ke atas, sementara generasi Z dan di bawahnya hanya menyimaknya. Banjir rob di wilayah itu datang setiap hari, dan akan lebih parah jika musim hujan seperti sekarang datang menghampiri.

Menurut penelitian Cici Nurmalasari dkk dari Universitas Diponegoro, penyebab banjir di kawasan ini adalah karena curah hujan, kemiringan lahan, tutupan lahan, Topographic Wetness Index (TWI), dan jenis tanah. Lebih lanjut, Desa Blacanan merupakan salah satu desa yang paling terdampak banjir se Kecamatan Siwalan Pekalongan.

Kondisi semacam ini bukan hanya merenggut mimpi anak-anak Desa Blacanan saja, tetapi juga memutus akses masyarakat terhadap ruang publik terbuka hijau dan sarana olahraga yang terjangkau. Hilangnya lapangan sepak bola berdampak pada penurunan kualitas calon-calon pesepak bola masa depan dan hilangnya kesempatan untuk berprestasi di bidang olahraga.

Di sinilah peran penting Bank Tanah dapat dipertimbangkan, sebagai lembaga yang dapat memfasilitasi penyediaan lahan untuk pembangunan kembali fasilitas olahraga bagi masyarakat di desa-desa yang mulai tenggelam.

Belajar dari Brazil

Jika berbicara soal sepak bola, Brazil adalah contoh sukses bagaimana sebuah negara berkembang mampu mencetak pesepak bola kelas dunia. Siapa tidak mengenal Pel, Ronaldinho, dan Kak? Ketiganya merupakan bintang lapangan hijau dari Negeri Samba.

Mulanya sepak bola adalah olahraga kaum elit di Brazil di abad ke 19, hanya kaum berada dan kulit putih saja yang berhak memainkan olahraga mahal tersebut. Namun sepak bola di Brazil berhasil bertransisi menjadi senjata perlawanan rakyat sampai akhirnya sepak bola bisa diakses oleh seluruh lapisan masyarakat di Brazil.

Brazil dan sepak bola adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sepak bola sudah melekat kuat sehingga ada anekdot jika mereka bukan pemain sepak bola maka mereka adalah suporter setianya. Sepak bola sudah membudaya, dan mereka bermain sepak bola di setiap sudut desa. 

Tentu saja hal ini didukung oleh pemerintah dalam menyediakan lapangan hijau di setiap sudut pedesaan untuk mencetak pemain-pemain baru di masa depan. Sepak bola juga menjadi ikon pariwisata Brazil sehingga banyak turis mancanegara datang ke Brazil untuk merasakan feel tersebut.

Peran Strategis Badan Bank Tanah dalam Mewujudkan Mimpi Anak-anak Desa

Pertama kali saya mendengar Badan Bank Tanah, satu hal yang saya bayangkan adalah bank tempat menabung uang bagi nasabah, memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Sebagaimana halnya bank-bank lainnya, saya juga membayangkan akan ada kartu ATM beserta mesinnya bagi nasabahnya untuk tarik setor uang tunai.

Bayangan saya tidak sepenuhnya salah tapi tidak sepenuhnya benar juga. Bank Tanah memiliki fungsi mengelola tanah milik negara, menampung tanah-tanah khusus untuk didistribusikan ulang, mencegah pemanfaatan tanah yang tidak optimal, dan mengefektifkan manajemen pertanahan. Jika bank konvensional objek besarnya adalah uang, maka Bank Tanah adalah tanah atau lahan milik negara.

Namun Bank Tanah tidak memiliki kartu ATM dan mesinnya, kewenangan Bank Tanah juga berbeda dengan bank-bank konvensional pada umumnya. Bank Tanah memiliki kewenangan untuk menjamin ketersediaan tanah demi kepentingan sosial, umum, pembangunan nasional, konsolidasi lahan, pemerataan ekonomi, dan juga Reforma Agraria.

Bank Tanah juga bukan sebuah badan di bawah payung BUMN karena Bank Tanah merupakan badan khusus atau sui generis yang dibentuk langsung oleh pemerintah pusat untuk mengelola tanah negara. Badan ini resmi dibentuk pada 9 April 2021 berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 113 Tahun 2021  tentang Struktur dan Penyelenggaraan Bank Tanah yang saat itu ditandatangani oleh Joko Widodo.

Di usianya yang terbilang masih sangat muda ini, Badan Bank Tanah sudah menjangkau 45 kabupaten/kota dengan total aset lahan seluas 33.115,6 hektar sampai akhir tahun 2024. Berdasarkan laporan Booklet Badan Bank Tanah 2024, salah satu pemanfaatan dan distribusi tanah secara spesifik adalah menyediakan lahan perkebunan dan peternakan, tambak, perumahan rakyat, sarana pendukung industri, dan lain-lain.

Kepala Badan Bank Tanah Parman Nataatmadja dalam Forum Ilmiah Bank Tanah 2024 (Sumber: Tangkapan layar Youtube Kementerian ATR/BPN)
Kepala Badan Bank Tanah Parman Nataatmadja dalam Forum Ilmiah Bank Tanah 2024 (Sumber: Tangkapan layar Youtube Kementerian ATR/BPN)

Namun peran strategis Bank Tanah belum benar-benar menyasar pada aspek kepentingan sosial secara spesifik di bidang olahraga seperti penyediaan lapangan hijau untuk rakyat.

Bank Tanah dapat bekerja sama dengan pemerintah daerah, organisasi masyarakat, dan pihak swasta untuk merencanakan dan membangun fasilitas olahraga yang aman dari banjir. Perencanaan ini harus mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Namanya mengelola, maka peran Bank Tanah tidak berhenti begitu saja ketika fasilitas olahraga sudah terpenuhi.

Setelah fasilitas dibangun, Bank Tanah dapat memfasilitasi pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas tersebut, baik secara mandiri maupun bekerja sama dengan komunitas setempat. Bank Tanah perlu menjamin bahwa tanah yang disediakan tidak berpindah tangan atau beralih fungsi yang dikhawatirkan dijadikan ladang komersil oleh oknum-oknum nakal. Hal ini penting untuk memastikan keberlanjutan dan kebermanfaatan fasilitas dalam jangka panjang.

Lebih dari Sekadar Lapangan: Investasi untuk Masa Depan

Menyediakan lapangan sepak bola yang layak bagi anak-anak di Desa Blacanan bukan hanya sekadar membangun fasilitas olahraga. Ini adalah investasi untuk masa depan bangsa. Melalui olahraga, anak-anak dapat mengembangkan karakter, disiplin, kerja sama, dan semangat juang. Olahraga juga dapat menjadi sarana untuk menjauhkan anak-anak dari hal-hal negatif, seperti narkoba dan tindakan melanggar hukum.

Dengan peran aktif Bank Tanah, didukung oleh kebijakan yang tepat dan partisipasi masyarakat, mimpi anak-anak Desa Blacanan dan daerah-daerah lain di Indonesia untuk menjadi pemain sepak bola profesional tetap menyala terang. Lebih dari itu, kita dapat membangun generasi muda yang sehat, kuat, dan berprestasi.

Biarkan anak-anak menyemai mimpinya sebagaimana dulu Pel, Ronaldinho, dan Kak bermimpi menjadi bintang lapangan hijau. Bukankah mimpi itu dimulai dari anak-anak? Tentu kita tidak ingin mimpi-mimpi itu tenggelam begitu saja bukan?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun