Di dalam pembelajaran yang lebih kecil di dalam kelas atau mikro, guru kerap kali menggunakan metode pembelajaran berbasis proyek. Tujuannya adalah untuk mengakomodasi diferensiasi peserta didik.
Sebagai contoh, dalam pelajaran Sejarah, guru memberikan tugas proyek membuat kapal miniatur Perjanjian Renville. Peserta didik dengan kemampuan visual ada yang kebagian membaca sejarah di perpustakaan dan menonton video channel sejarah, peserta didik dengan kemampuan kinestetik langsung merakit bahan-bahan menjadi kapal miniatur, dan peserta didik dengan kemampuan auditori mendapat tugas berpresentasi akan proyek yang sudah dibuat oleh kelompoknya.
Kurikulum Merdeka yang Fleksibel Penerapannya
Selain tiga karakteristik utama di atas, ada yang perlu digaris bawahi di sini bahwa tidak ada paksaan bagi satuan pendidikan untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Satuan pendidikan masih bisa menggunakan kurikulum 2013, kurikulum darurat (kurikulum 2013 yang disederhanakan), atau Kurikulum Merdeka.
Sekolah bisa mendaftar Kurikulum Merdeka jika dirasa sudah siap kemudian memilih apakah mau mengimplementasi Kurikulum Merdeka berbasis Mandiri Belajar, Mandiri Berubah, atau Mandiri Berbagi.
Mandiri Belajar memiliki arti bahwa satuan pendidikan masih menerapkan kurikulum 2013 namun menggunakan prinsip Kurikulum Merdeka dalam pembelajaran dan asesmennya.
Mandiri Berubah lain lagi, satuan pendidikan sudah menerapkan kurikulum merdeka secara penuh dengan memanfaatkan perangkat ajar yang telah tersedia sementara Mandiri Berbagi sesuai namanya, satuan pendidikan menerapkan dan mengembangkan perangkat ajar dalam Kurikulum Merdeka lalu membagikan praktik-praktik baiknya kepada satuan pendidikan lainnya.
Satuan pendidikan juga bisa mengubah implementasi Kurikulum Merdeka dari Mandiri Belajar menjadi Mandiri Berubah atau Mandiri Berbagi jika satuan pendidikan tersebut merasa cocok dan siap. Begitu pula sebaliknya, jika satuan pendidikan mengalami kendala dan hambatan dalam mengimplementasi Kurikulum Merdeka, satuan pendidikan bisa mengubahnya menjadi Mandiri Berubah atau Mandiri Belajar.
Semarak Merdeka Belajar dalam Kurikulum Merdeka ini memungkinkan satuan pendidikan saling bekerja sama dengan satuan pendidikan lainnya. Sampai pada akhirnya, Kurikulum Merdeka menciptakan iklim pembelajaran yang seru, materi yang fokus, dan sangat fleksibel dalam penerapannya. Hal ini merupakan wujud dari Praktik Baik untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik dan harapan Ki Hajar Dewantara pun akhirnya berhasil menjadi kenyataan.