Tak sebatas belajar dan mengajar, setiap tenaga pendidik bisa berkarya melalui platform ini. Sebuah wadah yang mampu menciptakan iklim gotong royong antar satuan pendidikan maupun antar individu.
Hasil Sementara Kurikulum Merdeka
Setelah saya menerapkan poin-poin dalam Kurikulum Merdeka, saya melihat betul hasilnya. Setiap siswa merasa dirinya istimewa dan tidak minder lagi. Mereka terlihat lebih antusias begitu masuk kelas, berbanding berbalik dengan apa yang saya lalui satu dekade silam.
Siswa tidak ragu lagi dengan bakat dan kemampuannya yang mereka miliki dan beberapa tidak malu-malu untuk mempelajari hal baru. Meski belum seratus persen siswa menjalankannya, saya yakin jika Kurikulum Merdeka diterapkan, siswa tidak lagi "kosong" begitu lulus nanti. Mereka tahu harus melakukan apa dengan dunia yang bergerak sangat cepat ini.
Ada bekal penting yang mereka bawa, bukan sekadar teori-teori belaka. Inilah alasan saya menyebut Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum yang humanis karena Kurikulum Merdeka mampu menempatkan individu atau siswa sebagai pusat objek terpenting, bukan sekadar nilai "kosong" di atas kertas saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H