Kedua, paket COD tapi kita tidak pernah memesannya. Kebetulan saya belum mengalami kejadian tersebut, tapi beberapa waktu lalu sempat viral kejadian serupa.
Intinya kita tidak pernah merasa pesan barang yang dibawa kurir (mungkin kurir abal-abal). Namun nama dan alamat yang dituju sama persis dengan nama dan alamat yang biasa kita gunakan untuk berbelanja secara daring.Â
Si kurir memasang wajah melas, karena kita kasihan kita justru membayarnya. Kalau nominalnya tidak besar sih oke-oke saja namun bagaimana jika barang tersebut sangat mahal atau si kurir akan datang terus-menerus mengantarkan paket yang kita sendiri tidak pernah memesannya karena sudah tahu kita target yang mudah diperdaya.
Sebagai konsumen cerdas, kita punya hak untuk menolak membayar COD jika memang kita atau keluarga tidak pernah memesannya. Saya kemudian curiga, si kurir abal-abal ini sengaja menggunakan data kita untuk mengelabui. Mereka bisa jadi mendapatkan informasi data kita dari bungkusan paket yang kita buang ke sampah tanpa mengguntingnya terlebih dahulu.
Atau bisa juga mereka bekerja sama dengan penjual di marketplace untuk membuat COD tipu-tipu. Saya pernah menerima barang yang tidak pernah saya pesan, namun karena si pengirim paket tidak membebani biaya, saya terima saja. Dan ternyata paketan berupa camilan itu adalah kejutan dari rekan kerja. Duh, saya hampir saja berprasangka buruk pada si kurir.
Namun setelah kejadian ada seorang anak memakan sate beracun sianida, saya semakin waspada jika saya menerima makanan atau camilan yang tidak pernah saya pesan. Saya akan menunggu satu jam sambil menunggu konfirmasi dari teman atau rekan.
Ketiga, kode voucher game nyasar. Kalau ini bukan mengatasnamakan marketplace tapi supermarket. Karena kejadian ini pernah saya alami sendiri, saya mencoba membagikannya supaya tidak ada korban.
Jadi, kita tiba-tiba dapat pesan WA bahwa kasir supermarket salah input nomor si pelanggan yang membeli voucher game. Tak lama kemudian muncul SMS berupa kode unik berupa angka dan kata-kata dalam bahasa Thailand.Â
Saya mulanya merasa kasihan, saya hampir saja mengirim balik kode unik itu ke si pengirim pesan WA. Karena apa susahnya mengirim balik kode yang menurut saya tidak begitu penting.