Saya sendiri termasuk yang terakhir, saya sedang ingin menikmati kesendirian sampai nantinya menemukan jodoh yang sesuai dan cocok. Tapi kapan yah jodoh yang cocok itu datang?Â
Itulah pertanyaan yang kadang berputar-putar di kepala namun saya tak ambil pusing, saya punya planning dan gol pribadi yang ingin saya capai sebelum menikah. Bukankah kalau sudah menikah, kita akan semakin terbatas ruang geraknya.
Setelah menikah, kapan lagi kita bisa keluar bareng teman sampai malam atau kelayapan ke sana-ke mari tanpa perasaan bersalah.Â
Lantas orang yang sinis kembali menimpali, "Meski jodoh itu di tangan Tuhan, kalau kitanya tidak mencari, bagaimana Tuhan mau mendekatkan jodoh kepada kita?"
Dan saya hanya menjawab, "Bagaimana Kamu tahu, jika saya tidak sedang mencari? Saya pun sedang memantapkan diri biar nantinya lebih matang begitu sudah berkeluarga."
Dia kembali sinis, "Menunggu matang? Keburu tua."
Entahlah, percakapan tentang jodoh ini mirip drama korea, tidak ada habisnya. Siapa yang menjalankan, siapa pula yang mengkhawatirkan.Â
Kemudian ada pula anggapan jika sudah menikah, semua urusan rezeki bakal dijamin Tuhan. Saya bukannya menolak anggapan tersebut, namun sebagai manusia, kadang kita perlu berpikir realistis juga, bukan?
Saya tidak ingin jika nanti menikah, sang istri hanya makan tahu tempe setiap hari. Sang istri kesusahan untuk berobat ke rumah sakit dan lain-lain. Perencanaan finansial keluarga juga penting.
Memang sih, orang yang menikah akan memiliki motivasi lebih tinggi untuk bekerja lebih keras. Sehingga anggapan rezeki orang yang menikah akan dijamin Tuhan kadang ada benarnya juga karena dorongan motivasi itu tadi.
Bayangkan saja, ketika saya belum menikah, saya bekerja hanya untuk memenuhi biaya kebutuhan dan keinginan diri sendiri sementara jika sudah menikah, saya harus memikirkan istri dan anak.Â