Konflik Palestina-Israel kembali memanas, bermula saat masyarakat Palestina sedang melaksanakan salat Tarawih di Masjid Al Aqsa. Masjid Al Aqsa sendiri tak luput dari pengrusakan dari pihak tentara Israel (IDF). Akibatnya ada puluhan warga terluka akibat bentrokan tersebut.
Namun kejadian di Masjid Al Aqsa bukanlah akhir dari serangan, hari-hari berikutnya mimpi buruk menimpa Palestina. Kabar terkini mengungkapkan, sekitar 137 rakyat Palestina menjadi korban jiwa termasuk 36 anak-anak kecil tak tahu apa-apa.Â
Serangan roket dari Israel mampu meruntuhkan gedung-gedung permukiman rakyat Palestina, sementara pihak Palestina di Gaza tidak tinggal diam. Mereka menyiapkan amunisi kuat untuk membalas serangan memilukan dari Israel.
Adalah Hamas, faksi Palestina di wilayah Gaza yang dikenal cukup agresif dalam melancarkan serangan ke Israel di tengah blokade air, darat, dan laut.Â
Meski terisolasi, Hamas mampu mendapat dukungan baik materi (uang) maupun senjata dari kawan-kawannya. Hamas dikenal lincah dalam membuat terowongan untuk menerima selundupan senjata dan bahan-bahan merakit roket dari negara-negara pendukungnya.Â
Hamas merupakan pemenang Pemilu pertama Palestina pada tahun 2006 silam, namun kemenangannya tidak diakui Barat. Meski mengantongi 76 kursi di parlementer, kehadiran Hamas dianggap angin lalu karena ideologi Islamnya (Hamas ingin mendirikan negara berdasarkan syariat Islam). Akhirnya Fatah atau PLO dianggap sebagai pemenang sampai bertahun-tahun kemudian, dan selalu dianggap sebagai perwakilan resmi Palestina di tingkat internasional jika ada perundingan damai atau sejenisnya.Â
Hamas, meski tidak dianggap, terus mengumpulkan massa dari berbagai rentang usia. Hamas terus melancarkan seruannya dalam melawan Israel dengan mengutamakan jalan kekerasan atau senjata.Â
Berbanding jauh dengan Fatah atau PLO yang lebih memilih jalan diplomasi damai meski selalu gagal karena status Palestina tidak pernah sampai pada negara berdaulat penuh sampai sekarang.
Atas dasar itulah, Hamas sering mengedepankan senjata, dan disebut-sebut sebagai kelompok terorisme. Klaim Hamas sebagai kelompok terorisme bukan sebuah hal baru. Klaim ini terus didengungkan melalui berita, laporan, dan beberapa jurnal terutama dari sudut pandang Barat.Â
Barat menyebut dengan tegas bahwa eksistensi Hamas sejatinya membahayakan bagi perdamaian Palestina-Israel karena Hamas dianggap membawa ideologi teror dan ekstremisme.Â