Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nostalgia Saat Ngabuburit "Sewa Komik" Masih Zamannya

19 April 2021   19:35 Diperbarui: 19 April 2021   19:54 1278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana ngabuburit anak zaman dulu dengan sewa komik. Tangkapan layar YouTube RCTI Files

Setelah salat Asar berjemaah selesai di musala, anak-anak akan berlarian ke lapak buku/persewaan buku. Sambil melirik-lirik takjil yang akan dibeli di pasar dadakan, mereka akan membaca satu-dua buku yang dijajal oleh si penyedia jasa sewa. Dulu perpustakaan daerah atau perpustakaan komunitas belum se-eksis sekarang, untuk membaca sebuah buku harus mengeluarkan kocek.

Sekelas anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar, komik adalah yang paling banyak dicari. Komik disukai oleh anak-anak karena banyak gambar dan sedikit tulisan jadi mereka yang belum terlalu bisa membaca bisa tetap sedikit paham hanya dengan melihat adegan demi adegan. 

Umumnya mereka akan memburu komik Doraemon hitam putih. Alhasil komik Doraemon akan cepet ludes disewa orang. Mereka harus cepat mendatangi lapak si penyedia jasa sewa, biasanya jam empat sore itu sudah banyak anak-anak melingkarinya. 

Anak-anak lebih memilih menyewa daripada membeli, jarang sekali sih ada toko buku lengkap di kota kabupaten. Biasanya harus ke kota provinsi untuk membeli buku atau komik yang lengkap. Kalau begitu harus mengeluarkan ongkos transportasi lagi, bukan? Jadi mending sewa kata mereka.

Sekali sewa satu komik pun terbilang cukup murah, semurah harga es limun warna-warni. Tapi namanya penyedia jasa sewa dadakan, mereka hanya mengizinkan dibaca sekali duduk. Kalau ingin menyewa sehari, mereka harus mengunjungi rumah si penyedia jasa sewa dan mendaftar keanggotaan. Tentu saja, harga sewa sehari lebih mahal lagi. Dulu saya sih memiliki kartu anggotanya tapi lupa ditaruh di mana, sudah dimakan rayap sepertinya.

Pemandangan anak-anak yang menunggu waktu buka puasa dengan membaca komik di pinggir jalan ini sungguh mengangeni. Sekarang di zamannya teknologi ponsel pintar dengan kecanggihan aplikasi di dalamnya, anak-anak lebih memilih berkutik di depannya. Kebanyakan sih bukan untuk membaca, melainkan bermain gim daring.

Entah kenapa yah, apa bermain gim daring itu mengenyangkan sehingga mereka betah berjam-jam? Apa jangan-jangan ada magnet di tangan anak-anak dan ponsel pintar (ini bercanda). 

Tapi serius, anak-anak zaman sekarang -sepengamatan saya itu cenderung doyan dengan gim ketimbang komik atau buku bacaan lain di ponsel pintar. Atau mungkin saya saja yang mainnya kurang jauh? Positif thingking saja dah!

Komik di zaman ponsel pintar nan canggih ini sudah mudah diakses sebenarnya. Tak perlu mengeluarkan kocek, tinggal siapkan kuota internet. Pun terdapat banyak genre dan jenis komik, tidak melulu soal Doraemon.

Ada salah satu agenda rutin saya untuk melepas rasa rindu akan ngabuburit baca komik di depan penyedia jasa sewa, yakni komik dari beberapa komikus bertajuk 'Kolang-Kaling' di sebuah platform aplikasi komik asal Korsel.

Komik yang tayang menjelang berbuka puasa tersebut menyediakan beragam cerita sehari-hari dengan kisah yang dekat dengan keseharian kita selama Ramadan. Ada banyak hikmah yang dapat diambil di dalamnya. Setidaknya, konten tersebut naik kelas dari komik-komik zaman dulu yang hanya itu-itu saja-kalau bukan komik asal Jepang, palingan komik seram atau azab neraka yang sering ditemukan di lapak penyedia jasa sewa.

Mengenai komik seram, saya pun jadi ingat komik karya Tatang S. Bukan saya tidak suka dengan komik seram karya beliau yang memiliki ciri khas karakter utama berupa wajah para tokoh wayang, melainkan jalan ceritanya yang menurut saya tidak begitu sesuai dengan anak-anak.

Ada juga komik azab neraka yang cukup populer di zaman dulu. Di dalamnya terdapat gambar-gambar yang tidak pantas untuk dipertontonkan kepada anak-anak di bawah umur. 

Memang sih tujuannya baik supaya mereka yang baca lebih aware terhadap konsekuensi berbuat jahat atau melanggar perintah Tuhan tapi apa tidak bisa dikemas dengan cara yang lain. Apalagi yang baca itu anak-anak, kudu diawasi oleh orang tua sementara zaman dulu orang tua kelabakan mengurus dapur menyiapkan makanan berbuka.

Meski ngabuburit sewa komik sudah punah, saya selalu mengucapkan syukur dan terima kasih kepada mereka, karena mereka masa-masa kecil saya lebih berwarna dan indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun