Sekonyong-konyong pak bos punya rencana.
"Aku punya perjanjian denganmu. Segerombol tikus-tikus yang terperangkap ini mau mencuri padi milik tuanmu. Aku datang untuk menolongmu." Pak bos punya rencana lain, entah apa itu, ia sejatinya masih memikirkannya.
"Dengan cara apa Kamu akan menolong padi milik tuanku?"
"Aku bisa mengambil padi-padi milikmu. Lalu aku sembunyikan di tempat yang lebih aman."
Orang-orangan tidak percaya pada tabiat tikus. Watak tikus itu rakus. Ia tidak mudah puas walau hanya makan sekali. Ia selalu makan banyak. Ia juga suka menipu, bahkan pada teman-teman sejenisnya.
"Kamu pasti ingin mengambil padi-padi milik tuanku untuk Kamu makan seorang diri, bukan? Aku sudah tahu kelakuanmu. Kamu cerdik tapi tidak secerdik kancil yang suka mencuri timun."
Orang-orangan itu lalu mengangkat tubuh mungil tikus. Ia melilitkan lehernya dengan sebuah kain, mirip dasi.
"Aku akan memberimu kain ini sebagai bukti bahwa Kamu adalah binatang pengerat yang rakus. Kamu membuat sawah milik tuanku rusak. Kamu juga mengambil apa saja milik tuanku, tidak di sawah tidak pula di rumah. Kini saatnya aku memakaikan ini padamu sebagai kutukan dariku."
Tikus itu lalu dilepaskan, namun sebuah dasi melilit di kepalanya, membuatnya susah bernapas. Tikus itu berdecit. Lari kalang kabut ke selokan. Naas, kucing liar datang menghadang, menyantapnya dengan lahap sebagai hidangan pencuci mulut.
***
Ferdiyan kurang puas dengan cerita fabel dari Mikhael, ia pun mencoba menanyakan kembali pertanyaan awalnya