Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Fabel: Asal Mula Tikus Berdasi

7 Januari 2021   21:28 Diperbarui: 7 Januari 2021   21:38 2162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tikus berdasi, sumber: pixabay.com/prawny

Sekonyong-konyong pak bos punya rencana.

"Aku punya perjanjian denganmu. Segerombol tikus-tikus yang terperangkap ini mau mencuri padi milik tuanmu. Aku datang untuk menolongmu." Pak bos punya rencana lain, entah apa itu, ia sejatinya masih memikirkannya.

"Dengan cara apa Kamu akan menolong padi milik tuanku?"

"Aku bisa mengambil padi-padi milikmu. Lalu aku sembunyikan di tempat yang lebih aman."

Orang-orangan tidak percaya pada tabiat tikus. Watak tikus itu rakus. Ia tidak mudah puas walau hanya makan sekali. Ia selalu makan banyak. Ia juga suka menipu, bahkan pada teman-teman sejenisnya.

"Kamu pasti ingin mengambil padi-padi milik tuanku untuk Kamu makan seorang diri, bukan? Aku sudah tahu kelakuanmu. Kamu cerdik tapi tidak secerdik kancil yang suka mencuri timun."

Orang-orangan itu lalu mengangkat tubuh mungil tikus. Ia melilitkan lehernya dengan sebuah kain, mirip dasi.

"Aku akan memberimu kain ini sebagai bukti bahwa Kamu adalah binatang pengerat yang rakus. Kamu membuat sawah milik tuanku rusak. Kamu juga mengambil apa saja milik tuanku, tidak di sawah tidak pula di rumah. Kini saatnya aku memakaikan ini padamu sebagai kutukan dariku."

Tikus itu lalu dilepaskan, namun sebuah dasi melilit di kepalanya, membuatnya susah bernapas. Tikus itu berdecit. Lari kalang kabut ke selokan. Naas, kucing liar datang menghadang, menyantapnya dengan lahap sebagai hidangan pencuci mulut.

***

Ferdiyan kurang puas dengan cerita fabel dari Mikhael, ia pun mencoba menanyakan kembali pertanyaan awalnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun