Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tip Menghadapi Bosan, Mager, dan Stres di Saat Harus Kembali Belajar Daring

3 Januari 2021   20:55 Diperbarui: 3 Januari 2021   22:38 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar pemenang lomba cerpen GWP, sumber: dokpri

Kembali belajar daring seringkali terasa garing. Sehebat-hebatnya kurikulum dan metode ajar, belajar daring tidak akan se-efisien belajar luring. Namun apa boleh dikata, pandemi belum juga berakhir di awal tahun 2021 ini.

Bukan saya saja yang mengeluh akan belajar daring ini, ada puluhan juta pelajar dan mahasiswa di seluruh dunia yang tidak betah berlama-lama di depan layar setiap hari.

Sudah satu setengah semester ini, saya kadang merasakan kebosanan, kemageran, dan tak jarang stres akibat berlama-lama virtual learning. Saya sampai harus ke klinik konseling.

Belajar atau kuliah daring tidak senyaman dan semenyenangkan belajar luring. Saya tidak bebas bertanya karena terbatas sinyal yang kadang tersendak-sendak di pertengahan. Akhirnya saya sering mengurungkan niat untuk bertanya.

Saya dan kawan-kawan kadang merasakan kuliah daring seperti nonton Youtube saja, malah lebih menyenangkan nonton Youtube karena visualisasinya lebih mengena.

Saya begitu rindu jam istirahat karena jikalau belajar daring kita terlalu banyak rebahan di kasur, jadinya kuliah serasa istirahat setiap saat. Sementara kalau luring, kita bisa lari ke kantin bersama teman sambil mengobrol banyak hal. Atau bolos ke bioskop sekali-kali, lalu nongkrong di pusat perbelanjaan jika bosan.

Nah di pandemi ini, kita mau lari ke mana atau kumpul-kumpul di mana? Lokasi teman-teman kita berjauhan dengan kita. Kita hanya bisa muter-muter di rumah atau ke supermarket jika kepepet. 

Untuk itu, saya mencoba membuat strategi jitu di sela-sela belajar daring agar bosan, mager, dan stres jauh-jauh dari pikiran.

Pertama, membaca jurnal dan laporan via gawai e-reader. Saya adalah tipikal orang yang cepat bosan jika harus membaca berlembar-lembar jurnal melalui gawai ponsel pintar atau laptop.

Saya akan cepat merasa pusing dan mata sering pegal berlama-lama di depan layar beradiasi tinggi. Sudah kuliah menggunakan layar ponsel atau laptop, membaca pun harus di depan mereka. Mata ini pun meronta-ronta mengajak istirahat sejenak.

Beda halnya dengan ketika membaca via e-reader, sebuah benda eletronik yang memang dikhususkan untuk membaca buku bacaan. Layar yang dikeluarkan dari e-reader ini tidak semenyilaukan ponsel atau laptop, tampilan layarnya mirip sekali dengan kertas sungguhan.

Membaca jurnal atau laporan di e-reader yang sebelumnya sudah saya pindahkan dari laptop ini sangat membantu saya merasakan kuliah sungguhan atau belajar yang tidak monoton.

Saya pun terhindar dari godaan notifikasi dan aplikasi menggiurkan lainnya di ponsel karena e-reader hanya menyediakan buku bacaan saja. Jadinya saya bisa fokus belajar tanpa gangguan.

Kedua, belanja buku di luar buku kuliah. Cara ini saya lakukan untuk menambah wawasan sekaligus sebagai hiburan di sela-sela kuliah.

Buku dan e-reader yang menemani di saat bosan, sumber: dokpri
Buku dan e-reader yang menemani di saat bosan, sumber: dokpri

Selama pandemi ini, saya melahap buku-buku tentang self-improvement, novel jadul atau baru, dan buku perjalanan. Sensasi membaca buku dari kertas tidak pernah tergantikan dari benda secanggih apapun.

Saya juga suka menandai kutipan-kutipan yang saya pikir akan bermanfaat untuk kesehatan mental saya yang kadang goyah berlama-lama terkurung di kamar untuk belajar atau kuliah daring.

Ketiga, membuat kreasi jurnal harian. Cara ini sudah saya lakukan sejak lama, namun saya tambah bersemangat lagi setelah saya berkonsultasi di sebuah klinik konseling. Psikolog yang saya temui menyarankan saya untuk terus melanjutkan membuat jurnal harian tersebut.

Pantauan kesehatan di jurnal harian 2021, sumber: dokpri
Pantauan kesehatan di jurnal harian 2021, sumber: dokpri

Dalam jurnal harian, saya seringkali membuat daftar apa saja terkait aktivitas harian. Biasanya saya akan menulis laporan detak jantung, jumlah langkah, durasi tidur, mood tracker, food tracker, dan banyak lagi lainnya.

Jejak makanan yang masuk ke perut, sumber: dokpri
Jejak makanan yang masuk ke perut, sumber: dokpri

Tak lupa saya menambahkan gambar lalu mewarnainya. Psikolog yang saya temui juga meyakinkan saya bahwa menggambar dan mewarnai akan melatih stabilitas emosi harian saya.

Apalagi di saat kita harus kembali belajar daring, seringkali emosi sulit terkendali karena lingkaran pertemanan dan support system yang semakin mengecil. Bagaimana tidak, kita jarang sekali bertemu dan berkomunikasi secara langsung dengan kawan.

Daripada tidak bisa mengendalikan emosi, mungkin akan lebih baik jika kita menuangkannya di atas kertas. Biar kita tidak bosan belajar atau kuliah daring setiap hari.

Keempat, menulis. Menulis apa saja, jangan melulu menulis tugas kuliah semata. Kebiasaan menulis ini akan membuat kita lebih mudah ketika mengerjakan tugas UAS berupa paper atau minimal kita bisa memilih diksi yang tepat. Menulis di Kompasiana salah satunya.

Ketika menulis di Kompasiana, daya analisis saya terlatih secara tidak langsung di setiap mata kuliah. Saya juga mencoba mengembangkan bakat lama saya, yakni menulis cerpen. Entah kenapa, saya lebih bergairah dan bersemangat menulis fiksi karena bebas menuangkan ide dan khayalan apa saja.

Tangkapan layar pemenang lomba cerpen GWP, sumber: dokpri
Tangkapan layar pemenang lomba cerpen GWP, sumber: dokpri

Kelima, jangan keseringan rebahan. Jujur, kalau kuliah atau belajar daring itu hawanya lebih nyaman kalau sambil rebahan. Apalagi kalau dosennya tidak mewajibkan menyalakan kamera, auto banyak yang setor nama saja. Begitu namanya dipanggil, alasannya sinyal jelek atau lagi di toilet.

Rebahan ini memang bikin candu, maka lebih baik ketika kuliah daring sambil duduk saja. Boleh sekali-kali rebahan, tapi jangan kebablasan dan keterusan setiap mata kuliah.

Keenam, mandi, berdandan sewajarnya, dan peregangan. Kita boleh saja belajar daring, tapi kita jangan sampai lupa merawat badan agar tetap sehat dan bugar. Cara ini membuat kita lebih segar meski harus di depan layar.

Yah, apapun tips dan triknya, semuanya dimulai dari kemauan. Di mana ada kemauan di situ ada jalan, bukan? Apakah kita mau mengubah pola pikir kita selama kembali belajar daring atau tidak? Kesehatan mental ini merupakan buntut dari kebosanan, kemageran, dan stres kita yang berlebihan. Kita lebih sering mengutuk keadaan ketimbang mencari jalan keluar. Kita pun lebih sering memendam cerita ketika kawan-kawan kita menjauh di saat pandemi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun