Sebelum itu, aku tak lupa mencuci tangan terlebih dahulu. Di belakang pintu sudah tersedia handsanitizer. Si bapak admin juga memakai masker.
"Ini baru jasa ekspedisi yang patuh protokol kesehatan," batinku lalu duduk di depannya.
"Pak, apakah saya bisa mengirim ponsel pintar dari sini?"
"Bisa, dek!"
Setelah itu, si bapak admin mengecek bungkusan milikku, menimbangnya dengan penuh kehati-hatian layaknya mutiara.
Aku agak deg-degan, takutnya biaya ongkirnya lebih dari 100 ribu rupiah, tidak seperti apa kata ekspektasiku dan hasil riset kecil-kecilanku di internet. Kalau biayanya sampai segitu, sama saja dengan trik kirim barang lewat e-commerce.
Ternyata, eh ternyata, biaya ongkirnya dari Depok Jawa Barat ke Pemalang Jawa Tengah hanya 47 ribu rupiah, pun sudah termasuk asuransi. Ekspektasiku berkata bahwa biaya ongkirnya pasti lebih dari 50 ribu rupiah, aku sendiri sudah mengantongi uang 100 ribu rupiah untuk jaga-jaga.
Aku segera menyerahkan uang itu ke bapak admin, sambil tersenyum di balik masker. Aku pun segera meninggalkan kantor agen ekspedisi JNE dengan perasaan lega.
Beberapa hari kemudian, aku mengirim pesan kepada kakakku, memastikan apakah paketnya sudah tiba atau belum (percakapan aslinya menggunakan bahasa Jawa, saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia).
"Assalamualaikum, paketnya udah nyampe belom?" tanyaku penasaran.