Di Surabaya, Evan begitu bebas. Ia bertemu wanita-wanita jawa yang cantik dan mempesona dengan balutan kulit sawo matang.
Perusahaan tempat Evan bekerja juga menyediakan rumah dinas yang cukup nyaman. Evan tidak perlu mendengar suara cekcok dengan istrinya lagi. Entah kenapa, Evan merasa lebih nyaman berada di Surabaya ketimbang Jakarta.
Apa sebenarnya Evan sudah tidak jatuh cinta lagi kepada istrinya itu. Lantas bagaimana dengan ikrar janji suci sehidup semati yang dulu diucapkan sebelum menyelami bahtera rumah tangga.
Malam itu, Evan tidak langsung pulang ke rumahnya. Ia sudah memiliki janji dengan klien berbakat asli Surabaya. Mulanya hanya membahas tentang bisnis perusahaan, namun kesininya, mereka membahas masalah pribadi.
Evan curhat dari A-Z kepada kliennya itu. Kali ini Evan tidak ingin jatuh di lubang yang sama, mengingat beberapa bulan yang lalu ia mengencani seorang hantu, kali ini kliennya itu benar-benar asli manusia 100 persen.
Evan tahu itu karena teman-teman di kantornya juga sering membicarakan klien bernama Siska itu.
"Siska itu lulusan luar negeri. Dia pintar sekali dalam urusan cuan. Makanya perusahaan kita beruntung mendapat klien dari perusahaan yang dihandle oleh Siska. Pintar, berbakat, kaya, dan cantik pula. Siapa mau menolak tawarannya." Begitu kelakar teman-teman se kantornya.
Evan juga sudah berteman dengan Siska di media sosial. Mereka sering kirim chat mesra bersama.
Puncaknya adalah ketika Evan mengajak Siska berlibur singkat ke Bali waktu weekend. Evan sudah agak malas untuk pulang ke Jakarta setiap weekend. Mana Evan dan istrinya masih pisah ranjang pula.
"Bro, jangan lupa sisakan wanita cantik dari Bali, kalau bisa kayak Siska, buatku yang masih jomblo!" kata Hendra, teman dekatnya sambil menyindir halus. Evan geram. Ternyata kabar kedekatannya dengan Siska sudah menyebar luas seantero kantor.
Untungnya istri di Jakarta tidak tahu-menahu karena memang tidak ingin tahu.