Kedua, lokasi yang kurang akurat. Masak ada rumah makan padang di tengah jalan. Presisi kurang tepat. Kalau ada warung di tengah jalan, bagaimana orang-orang bisa lewat? Dan pastinya sudah ditutup paksa oleh pihak berwajib jika itu terjadi.
Ketiga, kenapa ada begitu banyak warung Indonesia? Bersebelahan pula, ini bukan berarti saya meremehkan kreativitas diaspora Indonesia di luar negeri. Tapi bayangkan saja, ada lebih dari lima warung Indonesia di Pulau Christmas, mungkin lebih.
Letak antara satu warung dengan warung lainnya pun tidak begitu jauh. Apa tidak saingan gitu.
Informasi yang ada semakin menunjukkan itu semua adalah fiktif. Kalau itu fiktif, bagaimana nama-nama warung asal Indonesia itu bertengger di google maps Pulau Christmas?
Bisa jadi itu ulah iseng pengguna google maps dan bisa jadi karena google maps yang error.
Ulah iseng ini berkaitan dengan orang yang kurang kerjaan. Saking tidak ada kerjaannya, nama-nama warung Indonesia diunggah ke google maps. Mungkin tujuan si pengunduh baik yakni agar masakan Indonesia semakin dikenal di luar negeri tapi bukan begitu caranya, Bambang!
Alasan selanjutnya adalah google maps yang eror. Alasan ini mungkin efek dari WFH di mana banyak karyawan di perusahaan sekelas google maps harus bekerja dari rumah. Performa pun berkurang jika dibandingkan sebelum ada pandemi Covid-19 ini.
Apalagi Pulau Christmas ini berseberangan dengan selatan Pulau Jawa. Mungkin warung-warung itu sebenarnya berada di pantai Selatan namun bergeser jauh ke Pulau Christmas.
Apapun itu alasannya, harusnya pihak google maps bisa sedikit mengamankan situsnya. Kalau ini dibiarkan sungguh akan menyesatkan.
Bagi orang Indonesia sungguhan yang berada di Pulau Christmas, nama-nama warung Indonesia adalah surga. Mereka sudah bergembira menemukan warung Indonesia, tau-taunya zonk alias fiktif. Tak lebihnya dengan PHP atau pemberi harapan palsu.