Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tak Hanya Ledakan Besar, Ini 3 Hantaman yang Juga Menguncang Lebanon

5 Agustus 2020   19:58 Diperbarui: 5 Agustus 2020   19:51 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ledakan di Beirut (4/08), sumber: AFP via Kompas.com

Sebuah ledakan besar terjadi di Beirut, ibukota Lebanon pada Selasa (4/08) petang waktu setempat. Ledakan dahsyat yang digada-gadakan memiliki kekuatan seperlima ledakan di Hiroshima ini menewaskan 78 warga sipil.

Tak hanya menewaskan warga, ledakan super dahsyat yang berasal dari arah pelabuhan ini membuat ratusan ribu orang menjadi tunawisma. Rumah mereka hancur bersamaan dengan ledakan.

Mulanya saya kira ledakan itu akibat ulah terorisme namun sampai saat ini belum ada konfirmasi siapa yang bertanggung jawab atas insiden memilukan tersebut. Pemerintah Lebanon menjelaskan kepada publik bahwa ledakan itu disinyalir karena 2.750 ton ammonium nitrat yang merupakan pupuk pertanian mudah meledak.

Masalahnya adalah, apakah pemicu ledakan itu disengaja oleh oknum tertentu atau murni karena kecelakaan. Sampai saat ini belum ada konfirmasi pasti.

Di sisi lain, ledakan terjadi bersamaan dengan hantaman nyata lainnya di Lebanon. Hantaman ini akan sangat berbahaya jika dibiarkan begitu saja. Dan bisa saja menimbulkan konflik panjang sebagaimana Suriah dan Irak.

Pertama, kebangkrutan ekonomi. Sebelum pandemi Covid-19, Lebanon sudah dihadapkan oleh kemerosotan perekonomian di dalam negerinya.

Kebangkrutan tersebut terjadi akibat korupsi yang merajalela. Menurut lembaga Transparency International, tingkat korupsi di Lebanon menduduki posisi 138 dari 180 negara. Imbasnya sangat luas ke beberapa sektor lainnya.

Resesi sebesar 0,2 persen melanda Lebanon menjelang pergantian tahun. Bencana kelaparan ada di depan mata. Gelombang protes, dari yang damai sampai yang anarkis terjadi.

Bayang-bayang kemelut seperti yang terjadi di Venezuela dan Yunani bukan sesuatu yang mustahil terjadi karena beberapa tawaran bantuan tak kunjung didapat oleh Lebanon.

Kedua, pandemi Covid-19. Pandemi ini turut menambah kemelut ekonomi yang ada di Lebanon. Sendi-sendi perekonomian makin merosot tajam. PHK kerja dan pengangguran merajalela.

Krisis ekonomi semakin menjangkiti Lebanon. Imbasnya, beberapa rumah sakit di Lebanon terancam tutup padahal banyak warga membutuhkan pertolongan di tengah wabah covid-19 ini. Lagi-lagi kucuran bantuan tidak mengalir dengan deras.

Lebanon tidak lagi begitu dipercaya oleh negara-negara Arab karena penyakit korupsi tersebut. Dan siapa investor yang akan menanamkan sahamnya di negara dengan tingkat korupsi yang tinggi? Yang ada bukannya untung tapi malah buntung karena diembat oleh koruptor.

Apa yang terjadi di Venezuela dan Yunani, akhirnya benar-benar melanda Lebanon. Tingkat inflasi di Lebanon mencapai 89,74 persen, tertinggi sejak Desember 2008.

Akibatnya beberapa harga kebutuhan pokok ikut naik sampai lebih dari 50 persen. Begitu pula dengan biaya transportasi, sampai kebutuhan listrik yang dibatasi 2-4 jam per hari.

Tak berhenti sampai di situ. Kekacauan lainnya pun datang.

Ketiga, krisis politik. Selama ini Lebanon kena kartu merah dari dunia setelah memelihara Hizbullah. Hizbullah di mata Barat adalah terorisme. Serangan dari Israel pun kerap kali terjadi untuk melumpuhkan Hizbullah yang didukung pemerintah Iran.

Krisis politik ini memunculkan dua kubu, kubu yang pro Hizbullah dengan kubu yang kontra dengannya. Krisis politik diperparah dengan kedatangan pengungsi Suriah yang membludak.

Ketiga hantaman yang melanda Lebabon ini diperkirakan akan terus terjadi manakala pemerintah masih tutup telinga karena akar permasalahan terbesarnya adalah korupsi di tubuh pemerintah.

Coba kalau pemerintah tidak korupsi, pembangunan tidak akan mandek, rumah sakit tidak akan tutup, dan negara tidak sampai mengalami kebangkrutan. Terorisme pun tidak akan menghampiri Lebanon.

Gerakan terorisme ini biasanya dimulai dari kondisi perekonomian yang tidak sehat. Lihat saja, Suriah dan Yaman. Kedua negara tersebut didiami oleh Gerakan terorisme karena perekonomian yang merosot tajam. Berbeda jauh dengan Arab Saudi dan UEA yang tampaknya lebih beruntung soal perekonomian negara sehingga tidak ada serangan terorisme di dalamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun