Krisis ekonomi semakin menjangkiti Lebanon. Imbasnya, beberapa rumah sakit di Lebanon terancam tutup padahal banyak warga membutuhkan pertolongan di tengah wabah covid-19 ini. Lagi-lagi kucuran bantuan tidak mengalir dengan deras.
Lebanon tidak lagi begitu dipercaya oleh negara-negara Arab karena penyakit korupsi tersebut. Dan siapa investor yang akan menanamkan sahamnya di negara dengan tingkat korupsi yang tinggi? Yang ada bukannya untung tapi malah buntung karena diembat oleh koruptor.
Apa yang terjadi di Venezuela dan Yunani, akhirnya benar-benar melanda Lebanon. Tingkat inflasi di Lebanon mencapai 89,74 persen, tertinggi sejak Desember 2008.
Akibatnya beberapa harga kebutuhan pokok ikut naik sampai lebih dari 50 persen. Begitu pula dengan biaya transportasi, sampai kebutuhan listrik yang dibatasi 2-4 jam per hari.
Tak berhenti sampai di situ. Kekacauan lainnya pun datang.
Ketiga, krisis politik. Selama ini Lebanon kena kartu merah dari dunia setelah memelihara Hizbullah. Hizbullah di mata Barat adalah terorisme. Serangan dari Israel pun kerap kali terjadi untuk melumpuhkan Hizbullah yang didukung pemerintah Iran.
Krisis politik ini memunculkan dua kubu, kubu yang pro Hizbullah dengan kubu yang kontra dengannya. Krisis politik diperparah dengan kedatangan pengungsi Suriah yang membludak.
Ketiga hantaman yang melanda Lebabon ini diperkirakan akan terus terjadi manakala pemerintah masih tutup telinga karena akar permasalahan terbesarnya adalah korupsi di tubuh pemerintah.
Coba kalau pemerintah tidak korupsi, pembangunan tidak akan mandek, rumah sakit tidak akan tutup, dan negara tidak sampai mengalami kebangkrutan. Terorisme pun tidak akan menghampiri Lebanon.
Gerakan terorisme ini biasanya dimulai dari kondisi perekonomian yang tidak sehat. Lihat saja, Suriah dan Yaman. Kedua negara tersebut didiami oleh Gerakan terorisme karena perekonomian yang merosot tajam. Berbeda jauh dengan Arab Saudi dan UEA yang tampaknya lebih beruntung soal perekonomian negara sehingga tidak ada serangan terorisme di dalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H