Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bermimpi Mengurbankan Anak di Zaman Modern, Adakah?

1 Agustus 2020   12:04 Diperbarui: 1 Agustus 2020   12:01 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pixabay.com/filinecek

Kisah Nabi Ibrahim yang mendapatkan perintah Tuhan lewat mimpi untuk menyembelih anaknya, Nabi Ismail, merupakan kisah yang patut diimani oleh umat Islam di seluruh dunia. Kendati kita belum pernah menyaksikan nabi secara langsung, tapi namanya percaya atau iman, semua kalam Illahi adalah mutlak benarnya.

Kisah Nabi Ibrahim dan anaknya, Nabi Ismail, tersebut diabadikan oleh umat Islam di dunia dengan hari Raya Idul Adha. Di Indonesia lebih dikenal dengan hari raya besar Kurban karena di hari raya inilah, umat Islam yang mampu dianjurkan untuk mengurbankan hewan ternak kemudian diberikan kepada mereka yang membutuhkan.

Ditambah lagi, daging adalah makanan mahal nan mewah bagi sebagain orang. Saya sendiri pernah melihat sebuah kisah mengharukan di media sosial di mana si bapak-bapak pemulung tidak pernah makan daging. Si bapak-bapak itu hanya bisa makan daging setahun sekali.

Hal ini tentu saja menjadi sebuah kebahagiaan yang tiada tara bagi bapak-bapak tersebut sebab bisa merasakan alotnya daging untuk memperbaiki gizi walau hanya setahun sekali.

Kembali ke kisah penyembelihan Nabi Ismail yang kemudian oleh Allah digantikan dengan seeokor kambing dari surga. Sebuah kisah yang dapat ditiru.

Tunggu...ditiru?

Mungkin orang akan merasa aneh jika seorang di zaman semodern ini mendapatkan sebuah mimpi untuk menyembelih anak yang ditunggu-ditunggu kehadirannya selama ini. Apakah ada kisah seperti itu di zaman modern ini?

Saya kira tidak. Saya bukannya menafikan adanya orang-orang alim dan baik di era modern ini namun saya kira zaman sekarang jaraknya sudah semakin jauh dengan era kenabian. Nabi terakhir sudah mendahului kita semua puluhan abad silam.

Semakin jauh zaman dari zaman kenabian, maka zaman akan semakin barbar. Barbar bukan dalam makna sebenarnya melainkan banyak orang yang melakukan apa saja demi harta, tahta, dan popularitas. Eh bukannya itu definisi dari barbar?

Kalau dalam KBBI, barbar itu bermakna tidak beradab. Dan bukankah sekarang banyak orang yang sudah tidak beradab lagi.

Oke kesampingkan kata barbar. Lantas, bagaimana jika ada seorang mengaku mendapatkan mimpi untuk menyembelih anaknya seperti kejadian Nabi Ibrahim? Sudah jelas itu adalah mimpi buruk atau mimpi yang datang dari setan.

Coba saja, lakukan apa yang mimpi itu perintahkan maka yang ada kalian akan masuk ke penjara karena pembunuhan sadis. Sangat sadis.

Janganlah melihat kisah Nabi Ibrahim sebatas mimpi penyembelihan kepada anaknya yang kemudian digantikan dengan kambing dari surga. Selama ini kisah-kisah itu menghiasi setiap buku-buku. Apakah bagus buat anak?

Tentu saja bagus karena mengajarkan anak untuk mempercayai kisah nabi yang sama artinya dengan mengimani nabi-nabi terdahulu. Namun di akhir kisah, jangan hanya sebatas menkisahkan penyembelihan yang digantikan dengan seekor kambing.

Tambahkanlah pesan moral yang tersirat di dalam kisah tersebut misalnya seorang anak harus taat dan sopan pada ayah. Dan sang ayah pun harus mencintai sang anak karena anak adalah titipan Yang Kuasa. Pun jangan mencintai anak secara berlebihan sampai-sampai melupakan cinta kepada Allah.

Cinta kepada Allah harus didahulukan di atas semua cinta yang ada di bumi karena tanpa cinta dari Allah maka mustahil bagi kita untuk eksis di alam semesta yang sangat luas ini.

Di akhir cerita pun kita harus mengingatkan pada anak, jangan meniru menyembelih. Apalagi bermain sembelih-menyembelih.

Saya pernah menyaksikan seorang anak yang bermain ala-ala Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Mereka ada yang berperan sebagai Nabi Ismail yang hendak disembelih. Duh, bahaya kalau ditiru beneran.

Saya pun pernah melarang sang anak tetangga yang hendak menyembelih kucing. Ini beneran, karena si anak terobsesi sekali dengan kisah penyembelihan Nabi Ismail ditambah menyaksikan proses penyembelihan hewan ternak secara langsung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun