Oke kesampingkan kata barbar. Lantas, bagaimana jika ada seorang mengaku mendapatkan mimpi untuk menyembelih anaknya seperti kejadian Nabi Ibrahim? Sudah jelas itu adalah mimpi buruk atau mimpi yang datang dari setan.
Coba saja, lakukan apa yang mimpi itu perintahkan maka yang ada kalian akan masuk ke penjara karena pembunuhan sadis. Sangat sadis.
Janganlah melihat kisah Nabi Ibrahim sebatas mimpi penyembelihan kepada anaknya yang kemudian digantikan dengan kambing dari surga. Selama ini kisah-kisah itu menghiasi setiap buku-buku. Apakah bagus buat anak?
Tentu saja bagus karena mengajarkan anak untuk mempercayai kisah nabi yang sama artinya dengan mengimani nabi-nabi terdahulu. Namun di akhir kisah, jangan hanya sebatas menkisahkan penyembelihan yang digantikan dengan seekor kambing.
Tambahkanlah pesan moral yang tersirat di dalam kisah tersebut misalnya seorang anak harus taat dan sopan pada ayah. Dan sang ayah pun harus mencintai sang anak karena anak adalah titipan Yang Kuasa. Pun jangan mencintai anak secara berlebihan sampai-sampai melupakan cinta kepada Allah.
Cinta kepada Allah harus didahulukan di atas semua cinta yang ada di bumi karena tanpa cinta dari Allah maka mustahil bagi kita untuk eksis di alam semesta yang sangat luas ini.
Di akhir cerita pun kita harus mengingatkan pada anak, jangan meniru menyembelih. Apalagi bermain sembelih-menyembelih.
Saya pernah menyaksikan seorang anak yang bermain ala-ala Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Mereka ada yang berperan sebagai Nabi Ismail yang hendak disembelih. Duh, bahaya kalau ditiru beneran.
Saya pun pernah melarang sang anak tetangga yang hendak menyembelih kucing. Ini beneran, karena si anak terobsesi sekali dengan kisah penyembelihan Nabi Ismail ditambah menyaksikan proses penyembelihan hewan ternak secara langsung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H