Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Alumni Hubungan Internasional yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Arief Poyuono Nyebut Kadrun, Ini Alasan Kenapa Andre Rosiade yang Justru Nyahut

20 Juni 2020   19:38 Diperbarui: 20 Juni 2020   19:35 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arief Poyuono mendatangi istana (1/8/19), sumber: kompas.com/ihsanuddin

Andre Rosiade kembali berseteru. Perseteruan kali ini ditujukan kepada sesama anggota Partai Gerindra. Siapa lagi kalau bukan Arief Poyuono yang dimaksud.

Sebelumnya Arief Puyuona mengatakan bahwa PKI hanyalah sebuah settingan belaka dari kaum kadrun atau kadal gurun yang sengaja dengan tujuan tertentu.

Drama PKI dimunculkan kembali untuk mengoyahkan kekuasaan rezim Jokowi karena di masa SBY maupun Megawati Soekarnoputri tidak ada isu-isu PKI di permukaan, begitu kira-kira ungkapan Arief Poyuono dalam sebuah wawancara singkat yang ditayangkan di kanal Youtube Anak Bangsa.

Ungkapan Arief Poyuona mendadak viral dan mendapat banyak perhatian. Apalagi selama ini kata-kata kadrun cukup sensitif bagi kalangan alumni 212 atau PA 212.

Bukankah PA 212 sangat dekat dengan Prabowo dan juga Gerindra? Jika mereka dekat, Arief Poyuono pun harusnya berkawan dengan PA 212 karena Arief Puyuono merupakan anggota tetap Partai Gerindra?

Yah, itu sih dulu, sekarang PA 212 dengan tegas mengatakan telah memutus dukungannya terhadap Prabowo karena membelot setelah mendapat jatah kursi di kabinet Jokowi.

Soal jatah kursi kabinet ini menarik, masih ingatkah dengan cuitan Andre Rosiade yang mengatakan bahwa Prabowo dan pihak Gerindra tidak akan tergoda oleh tawaran jabatan politis?

Andre juga mengungkapkan bahwa pertemuan Prabowo dengan Jokowi setelah Prabowo dinyatakan kalah dalam Pilpres hanyalah sebuah pertemuan biasa lazimnya silaturahmi antar petugas partai.

Cuitan Andre setahun silam ini menjadi cambukan kuat bahwa politik itu bersifat dinamis, tergantung situasi kondisi dan kepentingan di dalamnya.

Pun Andre yang katanya dekat dengan Prabowo tidak mampu membaca arah strategi Prabowo yang nyatanya malah terbuai oleh ajakan Jokowi (entah ajakan Jokowi atau Prabowo yang meminta).

Kini Andre dihadapkan oleh perbedaan pendapat dengan Arief Poyuono terutama soal kadrun dan PKI yang dimaksud olehnya. Masalahnya adalah, kenapa justru Andre yang nyaut dan merasa Arief telah berbuat salah?

Bukankah Prabowo sudah tidak begitu dekat lagi dengan PA 212 dan bukankah Prabowo kini sudah duduk nyaman di kursi menteri bersama rezim Jokowi? Tapi kenapa bukan PA 212 yang nyaut, malah Andre Gerindra yang nyaut. Ada beberapa alasan tentunya sampai Andre meminta Arief Puyuono untuk meminta maaf dan memenuhi panggilan Mahkamah Kehormatan Partai Gerindra soal tanggapannya tentang Kadrun.

Pertama, ungkapan Arief Poyuona dianggap akan menurunkan masa PA 212 yang selama ini mendukung Prabowo dalam Pilpres 2019 silam. Meski PA 212 sudah tidak lagi mendukung Prabowo, apa salahnya mencoba merayunya kembali.

Kuantitas dalam sebuah partai itu sangatlah penting, soal kualitas biar nomer belakang. Oleh sebab itu penting pula untuk menggaet seluruh hati masyarakat Indonesia termasuk hati rakyat PA 212.

Arief Poyuono yang terlanjur mengatakan kadrun ini justru akan membuat PA 212 semakin mantap untuk menjauhi Prabowo bahkan bisa juga menjauhi Gerindra. Bagaimana soal Pilkada, Pileg dan elektabilitas partai kedepannya kalau satu-persatu pendukungnya mulai berpindah pilihan?

Kedua, ungkapan Arief Poyuono soal kadrun dikhawatirkan malah akan menjadi senjata adu domba di internal partai Gerindra. Jika hal tersebut sampai memperkeruh suasana partai, bisa-bisa akan muncul dua kubu partai.

Sama persisnya dengan PAN dan PPP yang mana selama ini santer diberitakan negatif karena adanya dualisme dalam tubuh partai. Kalau internal partai saja sudah terpecah belah, bagaimana mereka akan solid menghadapi Pilkada, Pileg dan sejenisnya?

Ketiga, ungkapan Arief Poyuono soal Kadrun dianggap tidak pantas diucapkan oleh seorang tokoh partai karena sangat sensitif dan bisa mempengaruhi kondisi psikologis rakyat yang tersakiti.

Narasi kadrun ini tidak jauh berbeda dengan narasi cebong. Bukannya menyejukkan di tengah masyarakat justru malah akan mengerogoti persatuan antar bangsa.

Tapi karena ini negara demokrasi, terserah orang mau ngomong apa asalkan tidak mengundang ujaran kebencian dan hoaks. Salam perdamaian!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun