Serangan bom oleh militer Korut di kantor penghubung Korut-Korsel mengusik negara-negara tetangga yang baru saja menerapkan new normal. Serangan tersebut terjadi pada Selasa (16/6) dengan senyuman lebar dari Kim Jong-Un.
Korut berdalih bahwa serangan tersebut merupakan buntut dari ketidakpercayaan Korut pada Korsel yang tidak mampu membendung gerakan anti-Korut di semenanjung Korea. Pihak Korsel pun dianggap Korut enggan meminta maaf dan tidak mau mengakui kesalahannya, hanya retorika belaka saja di depan kamera.
Gerakan anti-Korut yang dimaksud Korut itu seperti apa? Apa mungkin semacam video-video di Youtube dari pelarian Korut yang berhasil menyelamatkan diri ke Korsel lalu membentuk narasi tentang kejamnya pemerintah Korut pada warga negaranya?
Saya sendiri sering melihat video seperti itu, dan memang tidak sedikit yang berbicara masalah perjuangan mereka sampai bisa kabur dari Korut. Jika ceritanya macam ini, pantas saja Korut kebakaran jenggot.
Saya bahkan sempat mendengar pengakuan dari pelarian Korut yang mengatakan bahwa mereka diwajibkan menyembah Kim Jong-Un. Semua agama di dunia dilarang di Korut kecuali bagi para diplomat asing yang membuka kantor kedutaan mereka di Pyongyang.
China dan Vietnam yang sama-sama Komunis saja sudah mulai agak longgar terhadap pemeluk agama, lantas kenapa Korut masih mempertahankan gaya diktatornya sampai urusan agama saja dikendalikan oleh negara?
Entahlah, karena Korut ini memang tertutup, kita tidak bisa mendapatkan informasi langsung dari negaranya. Selama ini yang kita tahu pun Korut sangat berusaha keras menutup segala informasi tentang negaranya.
Lupakan sejenak soal alasan Korut menyerang Korsel. Sekarang yang lebih penting adalah bagaimana soal kekuatan militer atau keamanan antara kedua negara tersebut? Apakah militer Korut ini mampu menumbangkan kekuatan tetangganya itu?
Jika melansir pada data globalfirepower, kekuatan militer Korut menempati posisi ke 25 masih kalah jauh dengan Korsel yang menduduki peringkat ke 6 di dunia.
Kekuatan militer Korsel ini naik secara signifikan dari tahun sebelumnya. Elemen yang dinilai tidak hanya berlandaskan pada persediaan senjata saja, tapi juga berdasarkan kepada kondisi finansial negara, populasi, sumber daya, dan kondisi geografi.
Korsel sangat diuntungkan karena kondisi perekonomiannya yang cenderung stabil berkat industri hiburan Korean Wave dan industri perangkat selulernya. Korsel pun selalu disebut sebagai raksasa dari Asia bersama dengan China dan Jepang.
Wajib militer yang selama ini dilakukan oleh pemerintah Korsel pun akan sedikit menguntungkan bagi mereka dalam menghadapi serangan Korut. Lalu bagaimana dengan kondisi keamanan dan militer Korut? Apakah data dari globalfirepower dapat dipercaya sepenuhnya?
Karena Korut ini tertutup soal informasi maka kita tidak bisa menilainya secara pasti dan akurat. Bisa jadi kekuatan nuklir Korut ini mampu meratakan wilayah kekuasaan Korsel meski berada di peringkat 25 tapi bisa juga tidak karena selama ini Korut tidak segagah Korsel soal ekonomi.
Di samping itu, Korsel ini memiliki aliansi yang cukup kuat dengan Amerika Serikat dan dunia Barat. Sementara Korut memiliki aliansi dengan China dan Rusia (kalau mau). Loh, bukankah Amerika Serikat sedang disibukkan oleh pemilihan dan aksi demonstrasi yang tak ada habisnya. Pun dunia Barat yang sedang ada masalah Covid-19 sama seperti negara-negara lain di dunia termasuk China dan Rusia.
Lantas apakah mereka akan membantu Korsel jika Korsel kembali diserang lagi dengan kekuatan yang lebih besar oleh Korut? Dan apakah aliansi Korut akan membantu Korut?
Akan sangat sulit bantu-membantu karena jarak tempuh yang lumayan jauh. Apalagi banyak pangkalan militer AS di pasifik yang dipulangkan menyusul kondisi Covid-19. Pun China yang masih harus berhadapan dengan tetangganya yang lain, India.
Jika demikian maka tidak ada acara lain bagi Korsel untuk menyerang balik? Lantas apa akan terjadi eskalasi konflik yang lebih besar?
Korsel pasti tidak akan gegabah menyerang balik Korut. Mereka sadar, perang hanya akan memporak-porandakan ekonomi yang sudah susah payah mereka tingkatkan.
Pendukung setia K-Pop dan K-Drama pun tidak akan sepakat kalau mereka berperang, bisa-bisa artis dan aktor idola mereka akan hijrah ke negeri tetangga atau disuruh ikut perang. Wah bisa-bisa para fanatik Korean Wave pergi ke Korsel untuk membantu para oppa. Tapi bukankah masih cukup sulit untuk pergi ke luar negeri di saat seperti ini? Sepertinya kalau mereka perang, mereka akan satu lawan satu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H