Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menyoal Mundurnya Andi Taufan dan Belva Devara, Sebuah Prestasi atau Aib?

24 April 2020   16:43 Diperbarui: 24 April 2020   16:41 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Andi Taufan CEO Amartha, sumber: kompas.com/Mutia Fauzia

Menurut pandangan pribadi saya, langkah itu merupakan prestasi bagi milenial muda seperti Andi Taufan dan Belva Devara karena mereka sadar bahwa menjadi staf khusus artinya digaji dengan uang rakyat sementara jika mereka fokus di perusahaan mereka, maka mereka bebas melakukan apa saja tanpa khawatir terlibat konflik kepentingan.

Lain lagi jika mereka tetap kukuh menjadi staf khusus sekaligus pimpinan di perusahan mereka maka mereka akan tetap menerima kritikan dan pengawasan dari rakyat. Prestasi untuk mundurnya mereka tapi sebaliknya, aib bagi tubuh pemerintah.

Bagaimana tidak dianggap sebagai aib jik pemerintah dinilai tidak tegas dan tidak cermat sebelum menunjuk mereka sebagai staf khusus. Pemerintah tidak menyuruh mereka keluar dari jabatan di perusahaan sebelum menunjuk mereka sebagai staf khusus. Artinya mereka bisa merangkap dua jabatan sekaligus.

Dan semua itu berjalan selama berbulan-bulan lamanya. Rakyat pun tidak akan tahu jika tidak ada kabar tersiarnya surat untuk camat dari Andi Taufan.

Surat untuk camat dari Andi Taufan membuka tabir kejelekan dari pemerintah. Bagaimana bisa surat sesakral itu bisa lolos? Tentu saja bukan Andi Taufan yang paling salah, surat itu tidak akan dikeluarkan tanpa adanya negoisasi di tubuh istana.

Dan langkah mundurnya Andi Taufan adalah sebuah langkah manis dari kaum muda di Indonesia. Mereka sadar, berbuat satu kesalahan memungkinkan mereka berbuat kesalahan lainnya. Bukan karena murni dari niat mereka namun memang sistem kita masih kurang transparan.

Buktinya masih banyak pejabat tinggi pemerintah yang memanfaatkan kekuasaan mereka untuk mendapat keuntungan sebesar-besarnya lewat perusahaan milik mereka sementara mereka masih segar menerima gaji sebagai pejabat. Ibarat kata, sambil menyelam minum air sehingga konflik kepentingan bukan masalah terbesar bagi mereka asalkan ada dana semuanya oke-oke saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun