Belum lama Belva Devara mundur dari jabatan Stafsus, Andi Taufan mendadak menyusulnya. Padahal bagi milenial seperti mereka, embel-embel jabatan staf khusus adalah sebuah prestasi yang membanggakan di usia mereka yang terbilang muda.
Jika biasanya untuk mendapat jabatan harus memiliki kenalan di tubuh partai, maka mereka justru yang diikut-ikuti oleh partai. Bagaimana tidak diikuti, perusahaan mereka mengundang banyak perhatian dan akan sangat menguntungkan jika berkolaborasi dengan pemerintah.
Bagaimana menghidupkan sebuah partai jika tidak ada proyek-proyek menjanjikan terutama bagi partai politik pengusung penguasa. Keadaan ini sudah lumrah di negeri tercinta ini, beberapa kasus korupsi pun tak pernah berhenti melibatkan petinggi partai politik.
Sementara baik Andi Taufan maupun Belva Devara bukanlah anggota, petinggi maupun pengurus partai. Mereka dipilih bukan karena menjilat partai politik sebagai kendaraan umum untuk mendapatkan jabatan istimewa di istana. Mereka mendapat jabatan itu karena prestasinya di usia muda yang mampu berkontribusi pada negeri.
Belva Devara dengan aplikasi Ruangguru sementara Andi Taufan dengan PT Amartha Mikro Fintek (Amartha). Kebanyakan anak muda puas dengan bekerja di perusahaan sementara mereka berani menciptakan lapangan pekerjaan, lagi-lagi di usia mereka yang terbilang muda.
Lalu bagaimana dengan kabar mundurnya Andi Taufan sementara banyak anak muda di partai politik menginginkan jabatan itu?
Seperti diberitakan oleh Kompas (24/4) bahwa alasan Andi Taufan mundur adalah murni keinginan tulus untuk dapat mengabdi secara penuh kepada masyarakat melalui pemberdayaan ekonomi.
Kendati sebelumnya nama Andi Taufan sempat tercoreng karena tersiarnya kabar bahwa Andi Taufan menginstruksikan camat di seluruh Indonesia untuk menggunakan jasa perusahaan miliknya. Surat itu pun tak tanggung-tanggung dikeluarkan oleh Sekretariat Kabinet.
Tak hanya Andi Taufan, nama Belva Devara juga ikutan tercoreng. Pasalnya, Skill Academy salah satu bagian dari Ruangguru milik Belva Devara dijadikan partner pemerintah dalam program Kartu Prakerja. Apalagi program tersebut turut menggelontorkan dana setengah triliunan rupiah di tengah bencana Covid-19.
Dari mana dana tersebut kalau bukan dari uang (pajak) rakyat? Alhasil, Belva Devara mundur dari jabatannya meskipun Skill Academy partner Kartu Prakerja masih jalan terus. Untuk menghindari dari Konflik kepentingan, Belva Devara memilih mundur.
Apakah mundurnya Andi Taufan dan Belva Devara adalah sebuah prestasi atau aib?