Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Alumni Hubungan Internasional yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menelusuri Angkernya Jembatan Teksas UI

12 April 2020   11:20 Diperbarui: 12 April 2020   13:18 4536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Teksas pada dini hari, sumber: dokpri

Oleh sebab itu, jembatan Teksas menjadi jalan terpenting bagi saya terutama jika harus pulang larut malam dari Salemba.

Saya sering melewati jembatan Teksas di jam sebelas dan dua belas malam seorang diri. Saya memilih menyetel musik dan mendengarkannya melalui earphone. Cara ini kulakukan agar tidak parno terhadap hantu di Teksas.

Ada satu kisah lainnya yang lebih menyeramkan dari kisah sebelumnya. Jadi ketika saya berjalan seorang diri di jembatan Teksas, lagi-lagi bulu kudukku berdiri. Berkali-kali ada suara bisikan agar aku melompak dari jembatan itu.

Suara ini lebih horor karena hantu itu memanggil saya lewat air. Kalau saya menceburkan diri, habis sudah jiwa ini. Saya jadi teringat tenggelamnya salah satu mahasiswa berprestasi UI, Akseyna Ahad Dori yang tewas tenggelam di danau Kenanga dengan banyak batu di dalam tasnya.

Misteri kematian Akseyna masih menjadi tanda tanya besar karena banyak yang menduga Akseyna tewas dibunuh bukan bunuh diri. Meskipun Akseyna ditemukan di danau Kenanga, bukan di danau Mahoni, tetap saja ada aura mistis di setiap danau di UI terutama di jembatan Teksas yang berada tepat di atas danau Mahoni.

Jadi suara yang membisikkanku untuk mencebur ke danau itu begitu jelas. Saya sangat ketakutan. Berkali-kali saya melafalkan kalimat suci Quran. Saya berdoa cukup serius berharap ada orang yang lewat jembatan Teksas pada waktu itu sehingga saya tidak merasa sendirian.

Beberapa menit kemudian, dua orang berjalan dari belakang. Saya merasa lega. Saya mempercepat langkah. Saya sangat bersyukur begitu bisa melewati jembatan yang dianggap angker itu.

Setelah kejadian itu, saya memilih pindah kosan di dekat stasiun UI saja, jadi tidak perlu melewati jembatan Teksas lagi di malam hari. Sayangnya sebelum pindah, kuliah mulai dilakukan secara daring jadi saya memilih pulang kampung saja untuk sementara waktu.

Dan setelah Corona merajalela, saya memiliki pendapat lain bahwa Corona lebih menakutkan dari hantu dan manusia karena Corona membuat dunia semakin sepi dan sunyi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun