Beberapa hari lalu kita disuguhkan dengan berita pemulangan WNI dari Wuhan. Awalnya banyak yang tidak setuju dengan pemulangan tersebut karena dikhawatirkan bakal menular ke warga di Indonesia apalagi mereka menganggap peralatan medis Indonesia belum secanggih negara tetangga.Â
Warga Natuna juga sempat memprotes mereka yang diisolasi di Natuna. Berita simpang siur terjadi di saat kapal besar China yang mendarat di Natuna beberapa hari sebelumnya.
Warga internet sampai mengaitkan virus Corona dengan azab karena berani mencaplok Natuna. Rumit benar spekulasi-spekulasi tersebut. Intinya, warga Natuna tidak ingin tertular virus yang didatangkan dari China.
Indonesia optimis bisa menangani ratusan WNI yang dipulangkan dari China khususnya Wuhan. Tidak semua WNI dipulangkan oleh pemerintah karena sebelumnya sudah banyak WNI yang pulang duluan. Beruntungnya mereka negatif virus Corona setelah diperiksa lebih lanjut.
Kini kabar gembira datang, sekitar 238 WNI dinyatakan bebas dari virus setelah 14 hari tidak ditemukan tanda-tanda terjangkit virus.
Warga internet kembali meragukan hal tersebut karena masa inkubasi seharusnya 24 hari agar mereka benar-benar terbebas dari virus. Sebenarnya ini juga masih diperdebatkan, ada yang mengatakan masa inkubasi 14 hari namun ada pula yang mengatakan 24 hari.Â
Mungkin bagi kita 14 hari itu sebentar, tapi bagaimana rasanya 14 hari diisolasi di sebuah pulau terpencil dengan pengawasan ketat dan jauh dari keluarga atau teman. Meskipun mereka didampingi psikolog dan psikiater, tetap saja, namanya 14 hari terkurung di sebuah pulau pasti tidak begitu menyenangkan.
Tapi ada yang lebih tidak menyenangkan lagi dari semua itu, yakni merebaknya praduga dan berita hoaks. Meski mereka dinyatakan bebas dari virus, keluarga sudah siap menjemput di bandara, dan mereka siap pulang ke rumah masing-masing- mereka akan berhadapan dengan berita simpang siur dan hoaks.
Bagaimana jika mereka dijauhi lingkungan sekitar karena takut bakal ketularan padahal mereka sudah bebas dari virus? Bagaimana jika banyak warga tidak percaya dengan proses penyembuhan atau pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah?
WHO sudah menjamin keselamatan ratusan WNI yang selesai diobservasi karena sudah sesuai prosedur. Apa berita ini tidak cukup puas bagi warga untuk menerima mereka yang dinyatakan bebas dari virus?
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan itu, pemerintah berencana mendaulat ratusan WNI tersebut sebagai duta kesehatan karena berhasil terbebas dari virus ganas. Tapi sepertinya predikat duta sehat ini malah akan menyudutkan mereka.
Selama ini pemerintah memberikan predikat duta-duta tidak jelas pada mereka yang telah berbuat salah atau onar. Sebut saja duta pancasila untuk dia sudah terlanjur menghina pancasila,siapa lagi kalau bukan Zaskia Gotik. Lalu ada Sonya Depari yang dijadikan duta anti narkoba setelah melawan polisi saat kelulusannya dengan mengatakan anak dari seorang jenderal.
Rasa takut di masyarakat tidak cukup dengan pengangkatan mereka sebagai duta kesehatan. Ada yang lebih penting dari itu semua, yakni dengan mengembangkan alat kesehatan kita.
Yah, selama virus Corona merebak, alat kesehatan Indonesia diragukan. Terutama setelah turis asal Wuhan China yang baru pulang dari Denpasar dinyatakan positif Corona di China.Â
Belum lagi selama ini banyak orang kaya terkenal memilih berobat ke negeri tetangga karena alat kesehatan di sana yang tak diragukan lagi. Ini menambah daftar panjang keraguan masyarakat akan layanan kesehatan kita.Â
Berangkat dari masalah ini, seharusnya Indonesia lebih berbenah diri agar kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan bisa meningkat. Masyarakat pun nantinya tidak berspekulasi aneh-aneh lagi akan kredibilitas pemerintah dalam mengobservasi atau mendeteksi virus yang masuk.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H