Belum lagi urusan transportasi, karena sebagian besar orang pasti lebih memilih kendaraan yang hanya menampung tak lebih dari 5 orang. Mereka akan menghindari menaiki transportasi umum karena rawan terjangkit virus dari orang lain. Alhasil pengeluaran juga pasti membengkak.
Lantas bagaimana nasib mereka yang non-pedagang? Mengeluarkan uang 80 ribu untuk membeli satu helai masker mungkin bukan jumlah yang besar bagi sebagian orang, namun bagaimana dengan mereka yang tidak memiliki penghasilan tetap? Apa iya mereka harus berhutang sana-sini demi memiliki pasokan masker setiap hari belum untuk kebutuhan perut.
Inilah kondisi yang memprihatinkan, WNI di sana saja berbondong-bondong mau pulang ke tanah air. Bisa-bisa uang mereka terkuras habis hanya untuk membeli masker. Namun bagaimana nasib warga Wuhan atau Tiongkok asli? Ke mana mereka harus pulang?
Saat inilah diperlukan uluran-uluran tangan para derma di seluruh dunia. Bantuan semacam ini tidak ada hubungannya dengan komunis atau agama, melainkan berhubungan langsung dengan kemanusiaan. Jangan hanya melihat Timur Tengah atau Uighur saja, apalagi menyalahkan sana sini.
Kalau saja satu orang di dunia memberikan satu masker, itu sudah lebih dari cukup bagi mereka. Tapi tunggu dulu, bagaimana cara mengirimkan bantuan masker kalau bandaranya saja banyak ditutup?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H