Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Alumni Hubungan Internasional yang suka baca novel kritik sosial dan buku pengembangan diri. Sering menyukai sesuatu secara random.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Manusia Layar

24 Januari 2020   17:17 Diperbarui: 24 Januari 2020   17:22 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum ada satu pun batang hidung yang duduk di kedai kopi ujung gang itu. Adit, pelanggan pertama di pagi itu mendapatkan bonus kue. Kebetulan sekali ia belum sarapan. Harga kopi yang mahal tidak begitu menjadi masalah asalkan ia bisa wifian secara cuma-cuma. Wajah Adit berseri-seri melihat pelayan yang menyodorkan kata sandi wifi bertuliskan "I Love You."

Tak lama kemudian kopi pahit yang dipesan Adit datang, bukan tanpa alasan ia memesan kopi pahit. Kopi pahit selalu menandakan kalau suasana hatinya sedang pahit. Hutang piutang yang semakin menumpuk demi eksis di dunia maya akan dilakukan Adit asalkan ia dikenal di jagad maya. Tak apa hanya komentarnya saja yang dikenal asalkan dunia tahu kalau Adit pernah hidup di bumi selama tiga puluh lima tahun lamanya.

Tak lama di kedai kopi itu, Adit melihat istri sang wakil rakyat yang tertangkap basah melakukan transaksi gelap sedang selingkuh. Selingkuhannya pun berasal dari dunia selebriti. Adit tersenyum cenggenggesan karena telah menemukan mangsa. Ia akan membagikannya ke akun gosip di media sosial yang ia ikuti perkembangannya.

Berita itu pasti akan viral di media sosial, ia pun akan mendapatkan imbalan berupa uang balasan. Sayangnya, baterai ponsel pintarnya tiba-tiba habis. Ia mencari stop kontak lalu mengcharge ponsel pintarnya. Ia segera bergegas menuju tempat kerja begitu tersadar sudah lebih dari setengah jam di kedai itu.

***

Adit telah tiba di tempat ia bekerja. Ia sudah menggelar tikar di samping jembatan penyebrangan orang. Semua orang akan memelas karena kakinya yang buntung sebelah. Ia sangat jago dalam urusan kostum dan tata rias wajah. Kalau sudah sepi, Adit akan membuka ponsel pintarnya lantas kembali berselancar di dunia maya, sayangnya kuota internetnya habis. Apalagi ia baru tersadar lantaran ada foto selingkuhan sang istri wakil rakyat yang harus segera ia kirim ke akun gosip sebelum kadaluarsa. Sayang seribu sayang, ia tidak mungkin ke kedai kopi lagi lantaran uang yang ia hasilkan hari itu belum cukup. Alhasil, ia menunggu uluran tangan datang.

Lalu lalang orang yang berjalan sambil merundukkan kepala benar-benar melupakan keberadaan Adit. Semilir debu mobil jalanan yang dikatakan sebagai penyumbang perubahan iklim membuat Adit semakin kesal. Seribu saja belum ia temukan di kaleng bekas susu bubuk di depan wajah melasnya. Ia berharap kalau bisa makan siang di kedai kopi tadi lantas bisa membagikan video itu.

Sampai jam istirahat kantor tiba, belum ada seribu rupiah ia dapatkan. 

Ia kesal berpanas-panasan di kota metropolitan itu. Ia mendapatkan sebuah ide menarik yang ia dapatkan dari Youtube. Ia menuliskan sebuah kata di kardus, begini isi kata-kata itu:

"Kasihani saya yang belum internetan dua bulan. Beri saya wifi gratis sebagai makan siangku! "

Kata-kata itu menarik perhatian orang yang tadinya sibuk memperhatikan layar ponsel pintarnya. Adit berhasil, banyak orang merasa iba. Lantas menyalakan wifi gratis tanpa kata sandi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun