Kisah itu dimulai ketika saya membuat bucket list travel ke pantai tempat lokasi suting Laskar Pelangi. Bucket list itu dapat saya wujudkan, bahkan lebih dari itu karena saya bisa mengunjungi empat pulau sekaligus di satu provinsi Bangka Belitung yakni pulau Bangka, pulau Belitung, pulau Mendanau dan pulau Piling yang tak berpenghuni.
Saya pun menikmati dan merasakan aura kebahagiaan tersendiri di sana. Namun bukan itu yang akan saya ceritakan, ada hal menarik di salah satu kelompok atau komunitas di sana yang membuat saya terkagum-kagum dengannya.
Adalah Pokdarwis Pagal Piling yang saya maksud. Sebuah kelompok sadar wisata yang sangat ramah. Pertama kali saya datang ke pulau bernama Pulau Mendanau, Pokdarwis Pagal Piling sudah menyambut kami di dermaga dengan tarian khasnya meski hujan akhirnya mengguyur mesra.
Pokdarwis itu berada di desa Suak Gual, salah satu desa dari tiga desa di pulau Mendanau. Pulau berukuran kecil yang dikelilingi hutan itu berada tak jauh dari pulau Belitung, hanya membutuhkan waktu 40-50 menit menyebrang ke pulau eksotis itu. Banyak tempat wisata di pulau Mendanau yang pasti akan menghipnotis setiap pengunjung.
Saya dan kawan-kawan dijamu layaknya seorang tamu istimewa. Setiap hari kami dimasakkan masakan lezat khas sana. Pokdarwis Pagal Piling juga mengajak kami mengelilingi keindahan alam pulau Mendanau dan mendapatkan informasi lengkap bersamanya.
Siapa sangka, Pokdarwis Pagal Piling meraih juara tiga Pokdarwis berkembang nasional di usianya yang masih muda. Saya sadar betul kenapa Pokdarwis itu bisa meraih juara itu.
Pertama, nama Pokdarwis yang unik "Pagal Piling". Nama Pagal Piling diambil dari sebuah pulau andalan mereka yakni pulau Piling. Jaraknya hanya sekitar 40 menit dari dermaga desa. Pulau yang cocok untuk snorkelling sambil bakar-bakar ikan dan meminum air kelapa.
Keempat, pendidikan warga desa yang semakin dianggap penting. Meskipun berada di pulau kecil, pendidikan di sana lumayan maju. Bahkan banyak pula pemuda sana yang sudah bergelar sarjana. Sarjana pulang kampong tepatnya. Uniknya, salah satu dari mereka banyak yang menimba ilmu starta satu di pulau jawa. Bahkan ada yang pernah kuliah di dekat rumah saya.
Tak heran jika pemikiran mereka sudah terbuka. Pikiran mereka sangat luas sehingga kami sering tukar informasi bersama mereka. Tak sulit juga mengumpulkan warga untuk belajar bersama.
Sayangnya masih sedikit orang yang tahu pulau Mendanau. Belitung lebih dikenal dengan Laskar Pelanginya padahal lebih dari itu, Belitung menyimpan banyak keindahan dan cerita tak hanya Laskar Pelangi saja.
Moda transportasi yang minim juga menjadi problem tersendiri. Di pulau Mendanau tidak terdapat transportasi umum, hanya ojek dan mobil TNI yang biasa antar jemput anak sekolah atau tamu dari luar. Jika malam datang pun minim penerangan, untungnya kini listrik di sana sudah 24 jam soalnya ketika saya dan kawan-kawan bermain ke sana- listriknya masih menyala ketika malam hari saja.
Beruntung ada Pokdarwis Pagal Piling yang katanya banyak mendapat inspirasi dari Pokdarwis di Dieng. Dieng pun sama, berawal dari bergeraknya pemuda sana yang ingin memajukan pariwisata daerahnya. Terbukti, kini Dieng menjadi wisata yang cukup terkenal berkat Pokdarwis salah satunya.
Coba saja seluruh Pokdarwis meniru langkah Pokdarwis Pagal Piling atau Dieng- sudah dipastikan banyak potensi wisata baru yang muncul. Pemuda merupakan salah satu ujung tombak pembangunan wisata di Indonesia. Jangan sampai tempat wisata Indonesia hanya itu-itu saja. Indonesia kaya akan alam, kuliner dan budayanya. Mari viralkan wisata di Indonesia pada dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H