Mohon tunggu...
Musa Hasyim
Musa Hasyim Mohon Tunggu... Penulis - M Musa Hasyim

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Kelompok Sadar Wisata Pagal Piling Pulau Mendanau di Belitung

21 April 2018   17:56 Diperbarui: 21 April 2018   18:03 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini dia foto sertifikat penghargaan kebanggaan Pagal Piling (Docpri)

Kisah itu dimulai ketika saya membuat bucket list travel ke pantai tempat lokasi suting Laskar Pelangi. Bucket list itu dapat saya wujudkan, bahkan lebih dari itu karena saya bisa mengunjungi empat pulau sekaligus di satu provinsi Bangka Belitung yakni pulau Bangka, pulau Belitung, pulau Mendanau dan pulau Piling yang tak berpenghuni.

Saya pun menikmati dan merasakan aura kebahagiaan tersendiri di sana. Namun bukan itu yang akan saya ceritakan, ada hal menarik di salah satu kelompok atau komunitas di sana yang membuat saya terkagum-kagum dengannya.

Bersama Pokdarwis Pagal Piling dan jajaran aparatur desa (Docpri)
Bersama Pokdarwis Pagal Piling dan jajaran aparatur desa (Docpri)
Bersama Pokdarwis Pagal Piling (Docpri)
Bersama Pokdarwis Pagal Piling (Docpri)

Adalah Pokdarwis Pagal Piling yang saya maksud. Sebuah kelompok sadar wisata yang sangat ramah. Pertama kali saya datang ke pulau bernama Pulau Mendanau, Pokdarwis Pagal Piling sudah menyambut kami di dermaga dengan tarian khasnya meski hujan akhirnya mengguyur mesra.

Pokdarwis itu berada di desa Suak Gual, salah satu desa dari tiga desa di pulau Mendanau. Pulau berukuran kecil yang dikelilingi hutan itu berada tak jauh dari pulau Belitung, hanya membutuhkan waktu 40-50 menit menyebrang ke pulau eksotis itu. Banyak tempat wisata di pulau Mendanau yang pasti akan menghipnotis setiap pengunjung.

Saya dan kawan-kawan dijamu layaknya seorang tamu istimewa. Setiap hari kami dimasakkan masakan lezat khas sana. Pokdarwis Pagal Piling juga mengajak kami mengelilingi keindahan alam pulau Mendanau dan mendapatkan informasi lengkap bersamanya.

Siapa sangka, Pokdarwis Pagal Piling meraih juara tiga Pokdarwis berkembang nasional di usianya yang masih muda. Saya sadar betul kenapa Pokdarwis itu bisa meraih juara itu.

Pertama, nama Pokdarwis yang unik "Pagal Piling". Nama Pagal Piling diambil dari sebuah pulau andalan mereka yakni pulau Piling. Jaraknya hanya sekitar 40 menit dari dermaga desa. Pulau yang cocok untuk snorkelling sambil bakar-bakar ikan dan meminum air kelapa.

Pulau Piling sebuah destinasi yang wajib kalian kunjungi di kabupaten Belitung (Docpri)
Pulau Piling sebuah destinasi yang wajib kalian kunjungi di kabupaten Belitung (Docpri)
Kedua, konsep pembangunan wisata daerah yang kekinian. Kita bisa membuktikan hal tersebut dari banyaknya spot foto unik buatan Pokdarwis Pagal Pilling. Saya dan kawan-kawan pun memperbanyak spot foto agar makin cantik.

Salah satu spot foto made by Pokdarwis Pagal Piling
Salah satu spot foto made by Pokdarwis Pagal Piling
Kedua, menjunjung tinggi kebudayaan mereka. Hal tersebut dibuktikan dengan kesadaran masyakat akan kebudayaan mereka seperti upacara kelautan, upacara pernikahan yang unik dan sekre mereka berupa rumah panggung khas Belitung.

Rumah panggung tempat secre Pokdarwis Pagal Piling (Docpri)
Rumah panggung tempat secre Pokdarwis Pagal Piling (Docpri)
Ketiga, keramahan anggota Pokdarwis yang membuat saya dan kawan-kawan sangat betah berada di sana. Mereka mendukung dan membantu penuh kegiatan yang hendak kami lakukan di sana sebagai bentuk pengabdian lewat sebuah program pemerintah bernama Ekspedisi Nusantara Jaya.

Antusiasme warga sangatlah tinggi mengikuti beberapa kegiatan positif (Docpri)
Antusiasme warga sangatlah tinggi mengikuti beberapa kegiatan positif (Docpri)
Membangun taman baca, mengadakan sosialisasi, membuat pertunjukkan dan masih banyak lagi dapat berjalan lancar dengan bantuan tenaga dan dukungan mereka. Saking ramahnya, kami semua dianggap anak oleh orang tua mereka. ketika malam perpisahan tiba, kami semua menyanyi sambil menangis.

Keempat, pendidikan warga desa yang semakin dianggap penting. Meskipun berada di pulau kecil, pendidikan di sana lumayan maju. Bahkan banyak pula pemuda sana yang sudah bergelar sarjana. Sarjana pulang kampong tepatnya. Uniknya, salah satu dari mereka banyak yang menimba ilmu starta satu di pulau jawa. Bahkan ada yang pernah kuliah di dekat rumah saya.

Tak heran jika pemikiran mereka sudah terbuka. Pikiran mereka sangat luas sehingga kami sering tukar informasi bersama mereka. Tak sulit juga mengumpulkan warga untuk belajar bersama.

Sayangnya masih sedikit orang yang tahu pulau Mendanau. Belitung lebih dikenal dengan Laskar Pelanginya padahal lebih dari itu, Belitung menyimpan banyak keindahan dan cerita tak hanya Laskar Pelangi saja.

Moda transportasi yang minim juga menjadi problem tersendiri. Di pulau Mendanau tidak terdapat transportasi umum, hanya ojek dan mobil TNI yang biasa antar jemput anak sekolah atau tamu dari luar. Jika malam datang pun minim penerangan, untungnya kini listrik di sana sudah 24 jam soalnya ketika saya dan kawan-kawan bermain ke sana- listriknya masih menyala ketika malam hari saja.

Beruntung ada Pokdarwis Pagal Piling yang katanya banyak mendapat inspirasi dari Pokdarwis di Dieng. Dieng pun sama, berawal dari bergeraknya pemuda sana yang ingin memajukan pariwisata daerahnya. Terbukti, kini Dieng menjadi wisata yang cukup terkenal berkat Pokdarwis salah satunya.

Coba saja seluruh Pokdarwis meniru langkah Pokdarwis Pagal Piling atau Dieng- sudah dipastikan banyak potensi wisata baru yang muncul. Pemuda merupakan salah satu ujung tombak pembangunan wisata di Indonesia. Jangan sampai tempat wisata Indonesia hanya itu-itu saja. Indonesia kaya akan alam, kuliner dan budayanya. Mari viralkan wisata di Indonesia pada dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun