Keempat, pendidikan warga desa yang semakin dianggap penting. Meskipun berada di pulau kecil, pendidikan di sana lumayan maju. Bahkan banyak pula pemuda sana yang sudah bergelar sarjana. Sarjana pulang kampong tepatnya. Uniknya, salah satu dari mereka banyak yang menimba ilmu starta satu di pulau jawa. Bahkan ada yang pernah kuliah di dekat rumah saya.
Tak heran jika pemikiran mereka sudah terbuka. Pikiran mereka sangat luas sehingga kami sering tukar informasi bersama mereka. Tak sulit juga mengumpulkan warga untuk belajar bersama.
Sayangnya masih sedikit orang yang tahu pulau Mendanau. Belitung lebih dikenal dengan Laskar Pelanginya padahal lebih dari itu, Belitung menyimpan banyak keindahan dan cerita tak hanya Laskar Pelangi saja.
Moda transportasi yang minim juga menjadi problem tersendiri. Di pulau Mendanau tidak terdapat transportasi umum, hanya ojek dan mobil TNI yang biasa antar jemput anak sekolah atau tamu dari luar. Jika malam datang pun minim penerangan, untungnya kini listrik di sana sudah 24 jam soalnya ketika saya dan kawan-kawan bermain ke sana- listriknya masih menyala ketika malam hari saja.
Beruntung ada Pokdarwis Pagal Piling yang katanya banyak mendapat inspirasi dari Pokdarwis di Dieng. Dieng pun sama, berawal dari bergeraknya pemuda sana yang ingin memajukan pariwisata daerahnya. Terbukti, kini Dieng menjadi wisata yang cukup terkenal berkat Pokdarwis salah satunya.
Coba saja seluruh Pokdarwis meniru langkah Pokdarwis Pagal Piling atau Dieng- sudah dipastikan banyak potensi wisata baru yang muncul. Pemuda merupakan salah satu ujung tombak pembangunan wisata di Indonesia. Jangan sampai tempat wisata Indonesia hanya itu-itu saja. Indonesia kaya akan alam, kuliner dan budayanya. Mari viralkan wisata di Indonesia pada dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H