Mike segera mengambil charger handphonenya untuk mengecas handphone Mega setelah mandi dan mengganti pakaiannya. Untung saja milik Mega bukan merek apple atau lainnya yang berbeda dari merek android.
Mike menunggu sekitar dua menit pengisian battery handphonenya Mega lalu menghidupkannya.
Dengan buru-buru ia mencari kontak keluarga Mega. Mike mencarinya satu per satu lalu tangannya berhenti bergerak ketika menemukan sebuah nama.
Ingin segera memencet nama itu untuk langsung memanggil tapi ia menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk tenang agar suaranya sebentar tidak kedengaran terengah-engah.
Setelah ia pastikan semuanya aman, ia langsung memencet memanggil pada kontak yang bertuliskan Adikku Tania - nama yang sama dengan keponakan Tante Mery.
Mike mendengar bunyi nada berdering sejenak sebelum ada suara gadis remaja  menjawab.
"Hallo, ka Mega. Kakak sudah sampai dimana? Tania sudah rindu ingin segera bertemu, " terdengar suara di seberang yang sudah tidak sabar ingin bertemu kakaknya. Mike langsung menangkap beberapa pesan dari pertanyaan Tania, adik Mega bahwa Mega belum tiba di rumah.
Mike diam, tak membalas pertanyaan Tania di seberang. Ia tak tahu harus memulai dari mana. Napasnya memburu.
"Hallo , kak. Kenapa tidak bersuara? Kakak baik-baik saja, bukan?" Tania bertanya lagi setelah lama menunggu jawaban Mike. Tania benar-benar mengira bahwa Mike adalah Mega, kakaknya. Napas Mike kembali memburu.
Mike dengan tiba-tiba memutuskan sambungannya tanpa berbicara satu kata pun. Paling tidak, ia sudah bisa memastikan Mega belum tiba di rumah.
Pikiran mulai kemana-mana. Mike berjalan menuju depan pintu, berdiri mematung di depan pintu lalu menatap kosong ke luar. Pikirannya menerawang jauh.
"Masih berada dimana dia? Di dalam pesawat, masih di Bandara di Jakarta atau dalam perjalanan ke rumahnya?" Mike berpikir sendiri menerka di dalam hati.
Tuba-tiba handphone Mega berdering. Panggilan dari Adiknya Tania. Mike melirik sebentar, membiarkannya berdering lalu berjalan kembali dan berdiri mematung di depan pintu.
Tiba-tiba pikiran Mike kembali tertuju pada lelaki yang menemukan handphone Mega. Ia berpikir bagaimana mungkin Mega membiarkan handphonenya tanpa lockscreen ? Terakhir seingatnya di taman Mega membentuk beberapa garis membentuk pola di layar handphonenya.
Mike berpikir keras. Ia mencurigai ini akal-akalan lelaki itu saja.
"Mereka pasti bersekongkol membohongiku. Tunggu - Tania, adik Mega, dari perkataannya tadi Mega benar-benar pulang."
Mike semakin bingung.
Pikirannya lalu tiba-tiba ingi memeriksa isi handphone Mega. Mike mengecek satu per satu pesan whatsapp tapi tidak menemuka pesan dari ayah, ibu bahkan Tania adiknya. Tidak ia temukan juga percakapan yang mencurigakan antara Mega dengan lelaki itu.
Jarinya kemudian dengan cepat membuka sebuah aplikasi yang menyimpan data-data penting Mega dan disana ia menemukan didalamnya Puisi Senja yang Mega kirimkan padanya. Ia tertegun sejenak membaca puisi itu.
Mike menekan tombol lock di samping handphone Mega, menguncinya lalu meletakkan kembali ke meja. Pikirannya kembali tertuju pada Mega.
"Mungkin saja Mega kecewa padaku karena tak membalas satu kata pun setelah membaca puisinya. Bahkan telepon dari Mega pun tidak satu pun yang aku jawab. Aku telah mengabaikannya beberapa kali."
"Maafkan aku Mega. Aku benar-benar tidak bermaksud untuk tidak membalas perasaanmu. Aku hanya tidak ingin hubungan kita akhirnya berantakan kalau saja kita putus. Aku hanya ingin engkau selalu menjadi temanku, menjadi sahabatku, menjadi saudariku agar selamanya kita selalu berhubungan, selalu berteman baik. Tidak ada yang akan pergi. Maafkan aku jika karena ini, engkau pergi tanpa mengatakan apa-apa padaku," Mike berbicara sendiri sambil kedua tangan memegangi kepalanya.
*****
Mike bangun dari tidur setelah sadar handphone Mega kembali berdering. Entah sudah yang ke berapa kali handphone itu berdering selama tidurnya tadi.
Mike melirik pada jam tangannya, masih ada waktu sekitar empat jam lebih untuk bersiap-siap berangkat kerja malam.
Handphone Mega masih belum berhenti berdering. Mike melirik membaca nama yang tertulis di layar handphone Mega. Adik Mega menelpon. Tanpa berpikir panjang Mike langsung menjawab. Pikirnya pasti Mega. Dia sudah tiba dan Tania sudah menceritakan bahwa Mike sudah menelpon tadi.
"Hallo, Mega. Kamu sudah tiba?" Mike bertanya seolah-olah yakin bahwa itu Mega.
"Hallo, kak. Â Ini aku Tania, adik Mega. Kak Mega sudah tiba. Dia sedang istirahat di kamar," kata Tania menjelaskan.
Mike menarik napas lega. Syukurlah Mega sudah tiba dengan selamat.
"Oh, syukurlah kalau dia sudah tiba dengan selamat. Tolong sampaikan salamku pada Mega kalau dia sudah bangun. Katakan aku mencarinya. Aku mengkhawatirkannya," ucap Mike lega. Pikirannya tenang. Mega benar-benar pulang dan dia sudah di rumah. Tunggu - Tania rupanya ingin mengatakan sesuatu.
"Aku mau memberitahu sesuatu. Tapi kakak diam-diam yah, pura-pura tidak tahu," Tania berbisik dari seberang. Mike mengernyitkan dahi kebingungan.
"Maksudnya," tanya Mike cepat.
"Kak Mega sudah menceritakan padaku. Hehehe, kak Mega kan tidak bisa menyembunyikan sesuatu dariku. Biarpun aku masih SMA, aku adalah teman curhatnya kak Mega. Hehehehe," Tania melanjutkan perkataanya sambil tertawa pelan. Mike hanya diam menunggu Tania melanjutkan.
"Sebenarnya handphone kak Mega itu sengaja ditinggalkan supaya kak Mike tidak bisa menghubungi kak Mega. Hehehe. Kak Mega akan ke Jakarta lagi setelah ayah sembuh dari sakit. Katanya kak Mike sudah tidak peduli lagi pada kak Mega jadi kak Mega sengaja meninggalkan handphonenya disitu supaya kak Mike mau menemuinya kalau kak Mega pulang ke Jakarta," jelas Tania panjang. Mike hanya diam tak percaya. Bisa-bisanya Mega melakukan ini dan mengira  bahwa Mike tak peduli padanya lagi.
"Sudah dulu ya, kak. Takut kedengaran kak Mega, hehehehe," Tania berbisik lagi lalu mematikan teleponnya tanpa menunggu Mike mengatakan apa-apa lagi.
"Sialan. Aku dikerjain," gumamnya kesal.
Mega tega sampai melakukan ini pada Mike hanya karena dia berpikir bahwa Mike sudah tak peduli padanya. Padahal Mike hanya kebingungan harus bagaimana membalas perasaan Mega.
Mike tidak ingin ada perasaan lebih antara mereka berdua. Tapi sudahlah, tidak ada gunanya memikirkan ini. Tunggu saja sampai dia kembali kesini dan Mike akan menemuinya. Toh itu yang dia inginkan - agar Mike bisa menemuinya lagi.
"Dan di pertemuan nanti, aku pastikan aku akan membalas ide nakalnya padaku. Dan laki - laki yang sudah bekerja sama dengan Mega, aku ingin sekali mematahkan lehernya. Sialan."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H