"Maafkan aku Mega. Aku benar-benar tidak bermaksud untuk tidak membalas perasaanmu. Aku hanya tidak ingin hubungan kita akhirnya berantakan kalau saja kita putus. Aku hanya ingin engkau selalu menjadi temanku, menjadi sahabatku, menjadi saudariku agar selamanya kita selalu berhubungan, selalu berteman baik. Tidak ada yang akan pergi. Maafkan aku jika karena ini, engkau pergi tanpa mengatakan apa-apa padaku," Mike berbicara sendiri sambil kedua tangan memegangi kepalanya.
*****
Mike bangun dari tidur setelah sadar handphone Mega kembali berdering. Entah sudah yang ke berapa kali handphone itu berdering selama tidurnya tadi.
Mike melirik pada jam tangannya, masih ada waktu sekitar empat jam lebih untuk bersiap-siap berangkat kerja malam.
Handphone Mega masih belum berhenti berdering. Mike melirik membaca nama yang tertulis di layar handphone Mega. Adik Mega menelpon. Tanpa berpikir panjang Mike langsung menjawab. Pikirnya pasti Mega. Dia sudah tiba dan Tania sudah menceritakan bahwa Mike sudah menelpon tadi.
"Hallo, Mega. Kamu sudah tiba?" Mike bertanya seolah-olah yakin bahwa itu Mega.
"Hallo, kak. Â Ini aku Tania, adik Mega. Kak Mega sudah tiba. Dia sedang istirahat di kamar," kata Tania menjelaskan.
Mike menarik napas lega. Syukurlah Mega sudah tiba dengan selamat.
"Oh, syukurlah kalau dia sudah tiba dengan selamat. Tolong sampaikan salamku pada Mega kalau dia sudah bangun. Katakan aku mencarinya. Aku mengkhawatirkannya," ucap Mike lega. Pikirannya tenang. Mega benar-benar pulang dan dia sudah di rumah. Tunggu - Tania rupanya ingin mengatakan sesuatu.
"Aku mau memberitahu sesuatu. Tapi kakak diam-diam yah, pura-pura tidak tahu," Tania berbisik dari seberang. Mike mengernyitkan dahi kebingungan.
"Maksudnya," tanya Mike cepat.