Jarak hotel tempat Mike bekerja pun tidaklah terlalu jauh dengan kost, tempat berlindung Mike di Jakarta. Hanya butuh beberapa menit saja dengan mengendarai sepeda motor.
Mike mendiami sebuah kost yang berada di daerah Salemba Bluntas, Jakarta Pusat. Tentu saja ia mencari kostan yang harganya bisa ia jangkau dengan hasil kerjanya sendiri. Ia tidak mengharapkan kiriman dari orang tuanya. Apalagi ibunya hanya sendiri di kampung, ayahnya telah meninggal dunia.
Kostnya berada di antara beberapa kost lain. Kiri dan kanan kostnya, masih banyak kamar kosong. Total deretan kost tempat ia tinggal sekitar sepuluh kamar kost, enam kamar telah terisi, hanya tersisa empat kamar yang belum diisi.
Ada pintu gerbang sebelum memasuki area kostan. Pemilik kost tidak tinggal disitu, mereka memiliki tempat tinggal yang juga tak jauh dari kost tempat Mike tinggal.
Setiap awal bulan, para penghuni kost termasuk Mike membayar kost via trasnfer ke rekening pemilik kost. Namun ada beberapa juga yang langsung bertemu pemilik kost bila ada uang cash di tangan.
Mike memberitahu ibunya - yang ia punya hanya ibu - bahwa ia ingin bekerja sambil kuliah. Ibunya mendukungnya. Asalkan Mike harus pandai membagi waktu untuk bekerja dan juga untuk kuliah. Itu saja pesan dari ibunya.
Sembari menunggu pendaftaran masuk dibuka, ia mulai mengumpulkan uang hasil kerjanya untuk uang pendaftaran. Mike mulai mengurangi kebiasaan merokoknya.
Kegiatan rutin setiap malam Minggunya - pergi ke warung kopi sekedar menumpang sambungan wifi dan juga agar lebih mendapaatkan suasana yang nyaman untuk bisa merangkai puisi pun ia kurangin.
Pokoknya semua kegiatan yang mengeluarkan biaya ia kurangin. Mike memilih berdiam diri di kamar, mendengar musik dan menulis.
Mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi daerahnyapun ia kurangin jika tidak terlalu penting baginya.
Mike benar-benar berniat mengubah semua kebiasaannya hanya demi kuliahnya.
Dukungan dari Ibu-lah, salah satu alasannya untuk mengambil langkah ini. Dan ia pastikan semua demi kebahagiaan Ibu.