Peristiwa sejarah menjelang proklamasi kemerdekaan sudah sering kita dengar. Tragedi Bom Hiroshima-Nagasaki, menyerahnya Jepang kepada sekutu, dan Peristiwa Rengasdengklok merupakan hari-hari pengantar bagi bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan.
Tatkala Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu tanggal 14 Agustus 1945. Rupa-rupanya tidak semua tokoh bangsa mengetahui akan hal itu. Termasuk Ir. Soekarno dan Moh. Hatta.
Sutan Syahrir melalui kabar yang didengarnya, lewat monitor siaran radio luar negeri bahwa Jepang telah menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Beliau bergegas mendatangi Muhammad Hatta, untuk memberikan informasi yang penting ini.
Dalam pertemuan tersebut, dorongan dan hasrat yang begitu besar bergejolak bagi Sutan Syahrir. Mendorong sekiranya proklamasi kemerdekaan segera diumumkan karena Indonesia dalam kekosongan kekuasaan.
Moh Hatta secara pribadi mendukung iktikad baik ini. Tapi pada sisi yang lain ada PPKI. Dalam hal ini Ir. Soekarno sebagai ketuanya sebagai kepercayaan rakyat harus juga sepakat dengan hal ini.
Benar saja. Mereka, Moh. Hatta dan Syahrir mendatangi kediaman Soekarno di jln. Pegangsaan timur 56. Tetapi barangkali Ir. Tidak bisa mengambil keputusan secara sepihak.
Dalam pernyataannya kepada Syahrir, Soekarno berkata, "saya tidak berhak bertindak sendiri, hak itu adalah hak dan  tugas PPKI yang saya sebagai ketuanya." Tegas Soekarno.
Beberapa golongan muda pada petang itu juga mendatangi kembali Hatta dalam maksud seperti Syahrir. Diantaranya adalah Subadio Sastrosatomo dan Subianto Djojohadikusumo namum tetap saja sama, nihil.
Malamnya 15 Agustus, Chaerul Shaleh dan beberapa golongan muda kembali mendapati suatu keputusan untuk menunju kediaman Soekarno dan mendesak agar segera di umumkan kemerdekaan Indonesia. Tetapi barangkali Ir. Soekarno yang sudah terlanjur menjadi ketua panitia persiapan punya pertimbangan lain. PPKI merupakan segolongan orang yang ditunjuk untuk membahas persiapan kemerdekaan bangsa.
Perlu diketahui bahwa PPKI merupakan inisiasi Jepang sebagai bentuk terimakasih kepada bangsa Indonesia telah membantu Jepang dalam perang Pasifik. Indonesia merdeka, harus lewat jerih payah sendiri. Tidak boleh ada campur tangan Jepang. Alibi tersebut digunakan golongan muda sebagai spirit perjuangan bangsa menolak segala bentuk campur tangan.
Terjadi pertentangan saat itu juga. Soekarno berada pada posisi yang rumit untuk mengambil keputusan. Pada pihak yang lain menghadap desakan kaum muda, ada juga kaum tua, ulama, maka hati nurani sebagai alat utama Soekarno dalam mengambil tindakan.
Meninggalkan kediaman Soekarno tanpa hasil, kaum muda kembali berkumpul dan terciptalah suatu agenda besar, keputusan berani yang telah dipilih. Bertempat di gedung Jalan Menteng Raya 31, niatan telah bulat keputusan telah diambil.
Kaum muda memutuskan "Menculik" kata kasarnya. Atau mengasingkan dua tokoh bangsa ini dalam rangka agar terhindar dari hasutan pihak luar. Syodanco Singgih dipilih sebagai aktor utama penculikan ini. Beliau adalah salah satu Batalion PETA ( Pasukan Pembela Tanah Air) Jakarta. Beliau di tunjuk untuk mendatangi dan membawa Soekarno-Hatta.
Sukarni, dan beberapa pemuda lainnya ikut dalam proses penjemputan paksa Soekarno dan Hatta ini. Namun ide tempat pengasingan, menjadi sepenuhnya dalam pikiran Singgih. Tempat strategis dan nyaman dalam mengatur skenario biarlah menjadi keputusan pasukan ini.
Terpilihlah Rengasdengklok. Bukan tanpa sebab, daerah ini paling strategis. Lika-liku tempat ini sudah dikuasai betul dalam ingatan Singgih. Pada wilayah ini Syodanco Singgih pernah melatih beberapa siswa, dikenal banyak orang dan aman dalam mengerakkan massa.
Pada malam bulan Ramadan saat semua sibuk dengan ibadah malamnya. Singgih, Sukarni, dan Wikana segera ke kediaman Hatta di jalan Diponegoro. Setelah tiba kemudian Membangunkan Bung Hatta agar bersedia mengikuti arahan kaum muda. Tidak terlalu ada penolakan 'asalkan Soekarno juga ikut, tutur Hatta.
Segera rombongan ini setelahnya ke jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, tempat Soekarno berada. Pada malam yang lengang saat do'a berlomba-lomba membumbung ke langit, tidak dengan dengan tokoh-tokoh pemuda/Mahasiswa ini. Demi bangsa Indonesia merdeka, kantuk bukanlah suatu penghalang untuk berkelana pada malam hari.
Soekarno dalam kisahnya, menuturkan peristiwa ini, menjelang sahur. Ketika itu sepi terdengar sayup-sayup dibalik belukar. Pintu terbuka sedikit sementara Soekarno belum tertidur, entah sebabnya apa. Tiba-tiba seseorang berpakaian menyeramkan. Menodongkan pistol dan pisau dan berkata, " berpakaian Bung, sudah saatnya tiba,".
Sosok ini adalah Sukarni. Datang menjemput paksa Soekarno. Sementara pada tempat yang sama singgih telah melakukan koordinasi dengan PETA Rengasdengklok, wilayah Purwakarta. Rengasdengklok dalam kendali Syodanco Singgih. Fasilitas PETA seperti kendaraan, senjata dan sebaginya menjadi pelengkap dalam perjalanan menuju pagi ini.
Rombongan ini pergi. Fatmawati juga turut serta bersama guntur usia 8 bulan. Ada juga dr. Soecipto dan beberapa rombongan yang ikut serta di belakang. Dalam benak pikiran Soekarno, tentu golongan muda dan prakarsa ini semua dari Sutan Syahrir. Terlepas dari itu, semua telah terjadi.
Shubuh sebelum matahari terbit 16 Agustus, tibalah rombongan di Rengasdengklok. Power terparkir di halamannya rumah dinas cudanco subeno. Waktu terus bergulir, pengawal lainnya kembali ke Jakarta untuk menyampaikan informasi ini. Kabar ini segera di ketahui oleh berbagai kalangan termasuk golongan muda.
Sekitar pukul 8 pagi, terjadi interaksi yang cukup menegangkan di kediaman subeno ini. Pada meja dan kursi yang berderet. Soekarno, hatta, Fatmawati yang memangku guntur, Singgih, sukarni, duduk memanjang. Soekarno beberapa saat membisu, bergeming. Sementara guntur putranya, menangis sejadi-jadinya.
Setelah ibu Fatmawati keluar dan Hatta juga menyusul. Singgih memanfaatkan kans ini. Soekarno sudah beberapa saat berdiam tanpa kata. Singgih memegang gagang pistol kanannya. Melihat gelagat ini semuanya bereaksi. Termasuk affan yang sedari tadi berdiri. Penekanan terhadap Soekarno terjadi. Golongan muda menghasut dan mendorong agar proklamasi kemerdekaan segera di umumkan. Rakyat Indonesia menantikan ini.
Beberapa saat kemudian Soekarno berbicara setelah beberapa lama terdiam dan bersedia atas permintaan ini demi bangsa dan negara. Atas keputusan ini, shudanco Singgih bersalaman, berterimakasih sepenuhnya kepada Soekarno. Affan dan Sukarni tetap berjaga, memastikan keamanan Soekarno Hatta dan keluarga.
Sementara itu, Singgih kembali ke Jakarta dan mengabarkan kepada kaum muda; Wikana, Chaerul Shaleh dan Sutan Syahrir bahwa Ir. Soekarno bersedia mengumumkan berita luar biasa akan kemerdekaan bangsa Indonesia. Esoknya, 17 Agustus 1945 tibalah saatnya bangsa mengukir prestasi bersejarah dan saat ini kita rayakan.
Sebagai pemuda maka tentunya tidak bisa melewati ini semua dengan biasa-biasa saja. Bangsa ini lahir melalui perjuangan dan pergerakan yang sungguh-sungguh murni atas kaki tangan bangsa sendiri. Sudah barang tentu kita bisa mengambil peran dalam setiap lini agar menjadi bangsa Indonesia yang kuat .
Referensi: Detik-detik Proklamasi/ Tempo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H