Menulis adalah seni dalam mengekspresikan diri.Â
Kiranya setiap kali menggores suatu tulisan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Hal tersebut sebenarnya bisa dibantah karena menulis adalah keterampilan yang semua orang pun bisa.Â
Menulis apapun itu kenapa tidak bisa. Hanya mereka yang tidak memiliki tangan baru boleh dikatakan tidak bisa menulis. Lagi gabut, yah coret semua kegabutan mu, lagi bimbang yah tulis kebimbangan mu dan engkau yang mengekspresikan dirimu, bukan mereka.
Pertanyaan yang kerap muncul adalah Bagaimana caranya menulis dan menyusun kata-kata?
Jawabannya sederhana saja yakni sering Membaca dan Menulis. Tidak mesti tunggu adagium atau apapun itu untuk menggelorakan semangat menulis. Penyakit kronisnya itu tidak mau mencoba sebenarnya. Dia yang mau menulis berarti harus mau mencoba.Â
Cobalah hal-hal kecil dari lingkungan sekitar kita. Sangat absurd jika di kehidupan kita ini tidak ada sesuatu yang kita bisa tulis. Perasaan kita sekalipun bisa kita tuangkan dalam bentuk tulisan.Â
Ketika kita senang, galau, bimbang, duka ataupun lara semestinya kita bisa tulis. Bermula dari goresan sederhana pasti berubah menjadi indah. Cobalah di saat-saat tertentu, buka semua lembaran lembaran tulisan yang telah kita tulis, pastinya kita akan mendapatkan kesan bermakna darinya. Cobalah.
Jika misalkan kita malas menulis di lembaran atau buku diary, itu bisa disiasati dengan aplikasi bawaan yakni memo, yang ada di gaway kita masing-masing. Apa sih gunanya itu kalau bukan untuk menampung tulisan kita. Jangan cuman list tugas mata kuliah atau mata pelajaran doang itu memo.
Dari itu kita bisa manfaatkan untuk menyalin tulisan kita tersebut lalu kita share di media sesuai minat kita masing-masing. Saat ini media online ada dimana-mana, media yang khusus menampung tulisan warga juga beberapa macam, tapi penulis ingin merekomendasikan bahwa Kompasiana adalah wadah untuk menampung semua isi pikiran, perasaan, atau pengalaman seorang penulis. Ini bukan promosi, tapi ini nyata adanya.Â
Kita seharusnya bebas berekspresi, bebas menuangkan gagasan dan pemikiran, tapi biasa dalam forum-forum diskusi kita sering kali amat skeptis atau takut dalam mengutarakan pendapat, maka solusi sederhananya adalah tuliskanlah. Â
Setidaknya jangan biarkan tertumpuk dalam benak kita pengetahuan dan pemikiran itu, karena semakin dipendam semakin nyesek. Seperti perasaanmu ke dia yang tak kunjung diungkapkan.Â
Kita bisa berkreativitas dengan menulis. Pasti ada saja ide-ide baru yang bermunculan ketika sedang menulis. Karena sejatinya dalam menulis itu, memiliki waktu leluasa untuk berpikir dan menyusun pemikiran secara sistematis.Â
Ada rasa bangga tersendiri itu, tatkala kita menyelesaikan tulisan tentang persoalan yang sedang kita hadapi, apalagi tulisan kita itu menjadi berkah bagi sesama. Berkah bermakna bermanfaat bagi yang lainnya. Artinya yang baca bisa tergugah, termotivasi, dan siapa tahu tulisan kita seputar tips bisa diimplementasikan oleh mereka, ini kan nilai plus tersendiri bagi diri kita masing-masing.Â
Penulis sendiri menyadari bahwa artikel ini bukanlah sesuatu yang objektif, tapi ini hanyalah persepsi saja. Kita ini kan bebas mengutarakan opini selama itu masih sesuai koridor. Kalau ada orang lain yang mengkritisi tulisan kita, yah harus terimalah. Anggaplah itu bagian dari pada masukan untuk proses tulisan kita kedepannya.Â
Adapun jika ada yang menganggap tulisan kita alay bin jablay, maka persetan dengan itu semua dan bodoh amat. Jangan terlalu memusingkan hal yang seperti itu karena bisa jadi mereka amat perhatian dengan kehidupan kita.
Tetaplah konsisten dalam menulis apapun itu, karena menulis adalah seni dalam mengekspresikan diri.Â
 "Semua penulis akan meninggal, hanya karyanyalah yang akan abadi sepanjang masa. Maka tulislah yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti".(Ali bin Abi Thalib).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H