Mohon tunggu...
Penaku
Penaku Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak-anak Pelosok Negeri

Menulis adalah Bekerja untuk keabadian. Awas namamu akan abadi dalam tulisannya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lentera dan Perapian

11 Agustus 2021   22:23 Diperbarui: 11 Agustus 2021   22:41 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pondok sederhana berlenterakan api
Lengang bersama riikan jangkrik
Asap membumbung dibilik bambu
Sang ibu yang sesekali meletakkan kayu
Didekat perapian menghangati tubuh 

Ayah yang terlelap bersama anaknya dipangkunya lengan sebagai bantal beralaskan tikar anyaman rotan sang buah hati nyenyak diatas lengan yang kekar

Seharian sudah mengais rezeki demi kenyangnya sang buah hati satu suapan saja sudah mencukupi bagi sepasang suami istri, yang penting sang buah hati bisa terpenuhi 

Senyum terlukis diwajah sang ibu
Melihat raut wajah yang teduh
Ayah dan anak yang lelap dengan sarung menutupi setengah badannya
Beberapa kali menguap namun ditahannya
Memastikan keduanya lelap seiring sembari menunggu padamnya lentera api 

Malam semakin larut
Sang Ibu tak kuasa menahan kantuk
Disandarinya dinding kayu
Direntangkannya selangkang
Perlahan menutup mata seiring redupnya perapian yang menghangati tubuh mereka


11 Agustus 2021


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun