Mohon tunggu...
musa abdurrahman hilal
musa abdurrahman hilal Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (23107030104)

Hidup itu ketika kalian bernapas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pakai Kacamata Kuda untuk Menilai Orang, Emang Boleh?

4 Maret 2024   14:08 Diperbarui: 4 Maret 2024   14:12 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sering kali kita dengar kata " menilai orang pakai kacamata kuda" sebenarnya apa artinya?

Seperti bentuknya, kacamata kuda hanya memberikan ruang pandang depan saja tanpa memberikan ruang pandang kiri dan kanan sehingga ruang pandangnya menjadi sempit. Alasan mengapa kacamata kuda didesain seperti itu, karena agar kuda mudah untuk dikendalikan.

Nah, akhirnya kata kacamata kuda diadopsi sebagai kata atau sebutan untuk orang-orang yang memiliki sudut pandang sempit. Biasanya orang-orang seperti ini memiliki idealisme yang tinggi, yang mudah menyalahkan orang lain. Terkadang kita melihat orang dengan sebelah mata, mudah nge judge orang lain pada pertemuan pertama. Hal ini kurang bisa dibenarkan.

Sebagai seseorang yang berpendidikan sudah seharusnya memiliki sudut pandang dan cara berfikir yang luas, luas tidaknya sudut pandang seseorang akan menentukan cara berfikir mereka.

Ketika seseorang memiliki cara berfikir yang sempit maka akan merasa dirinya lah yang paling benar dan mudah menyalahkan orang lain. Sama halnya ketika mengenakan kacamata kuda yang jarak pandangnya hanya sebatas melihat kedepan saja.  

Seseorang yang memiliki sudut pandang yang luas tidak akan mudah menyalahkan orang lain. Semua yang tidak kita ketahui belum tentu tidak ada, bukan tidak ada tapi kita lah yang belum mengetahui. Itulah mengapa kebanyakan para ahli tidak mudah menyalahkan teori mereka satu sama lain.

Hal ini juga biasa digunakan ketika ingin berdakwah pada Masyarakat luas, dengan Teknik amati, pahami, rubah. Ketika ingin berdakwah atau mengubah kebiasaan buruk orang lain menjadi lebih baik harus melalui proses yang sudah disebutkan tadi.

Yang pertama amati, ketika ingin berdakwah jangan sampai menyalahkan perbuatan orang lain, meskipun yang dilakukan memang salah. Amati terlebih dahulu perilaku dan keseharian mereka.

Yang kedua pahami, ketika sudah mengamati perilaku maka yang dilakukan selanjutnya adalah mencoba memahami cara berfikir mereka dan perasaan yang mereka rasakan. Ketika mudah menyalahkan saat berdakwah maka proses tersebut akan sulit bahkan gagal.

Ambil simpati dari Masyarakat dengan memahami kultur mereka terlebih dahulu, karena setiap orang memiliki alasan dan cara berfikir yang berbeda-beda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun