Mohon tunggu...
musa abdurrahman hilal
musa abdurrahman hilal Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (23107030104)

Hidup itu ketika kalian bernapas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pakai Kacamata Kuda untuk Menilai Orang, Emang Boleh?

4 Maret 2024   14:08 Diperbarui: 4 Maret 2024   14:12 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : poliklitik.com

Sering kali kita dengar kata " menilai orang pakai kacamata kuda" sebenarnya apa artinya?

Seperti bentuknya, kacamata kuda hanya memberikan ruang pandang depan saja tanpa memberikan ruang pandang kiri dan kanan sehingga ruang pandangnya menjadi sempit. Alasan mengapa kacamata kuda didesain seperti itu, karena agar kuda mudah untuk dikendalikan.

Nah, akhirnya kata kacamata kuda diadopsi sebagai kata atau sebutan untuk orang-orang yang memiliki sudut pandang sempit. Biasanya orang-orang seperti ini memiliki idealisme yang tinggi, yang mudah menyalahkan orang lain. Terkadang kita melihat orang dengan sebelah mata, mudah nge judge orang lain pada pertemuan pertama. Hal ini kurang bisa dibenarkan.

Sebagai seseorang yang berpendidikan sudah seharusnya memiliki sudut pandang dan cara berfikir yang luas, luas tidaknya sudut pandang seseorang akan menentukan cara berfikir mereka.

Ketika seseorang memiliki cara berfikir yang sempit maka akan merasa dirinya lah yang paling benar dan mudah menyalahkan orang lain. Sama halnya ketika mengenakan kacamata kuda yang jarak pandangnya hanya sebatas melihat kedepan saja.  

Seseorang yang memiliki sudut pandang yang luas tidak akan mudah menyalahkan orang lain. Semua yang tidak kita ketahui belum tentu tidak ada, bukan tidak ada tapi kita lah yang belum mengetahui. Itulah mengapa kebanyakan para ahli tidak mudah menyalahkan teori mereka satu sama lain.

Hal ini juga biasa digunakan ketika ingin berdakwah pada Masyarakat luas, dengan Teknik amati, pahami, rubah. Ketika ingin berdakwah atau mengubah kebiasaan buruk orang lain menjadi lebih baik harus melalui proses yang sudah disebutkan tadi.

Yang pertama amati, ketika ingin berdakwah jangan sampai menyalahkan perbuatan orang lain, meskipun yang dilakukan memang salah. Amati terlebih dahulu perilaku dan keseharian mereka.

Yang kedua pahami, ketika sudah mengamati perilaku maka yang dilakukan selanjutnya adalah mencoba memahami cara berfikir mereka dan perasaan yang mereka rasakan. Ketika mudah menyalahkan saat berdakwah maka proses tersebut akan sulit bahkan gagal.

Ambil simpati dari Masyarakat dengan memahami kultur mereka terlebih dahulu, karena setiap orang memiliki alasan dan cara berfikir yang berbeda-beda.

Yang ketiga rubah, ketika sudah memahami perilaku dan cara berfikir mereka dan yang mereka ketahui bahwa kita juga sependapat terhadap cara pandang mereka, barulah kita mulai rubah sedikit demi sedikit cara berfikir dan perilaku mereka, memang memerlukan proses yang lama, tapi proses ini memang efektif.

Gunakanlah kacamata sosial untuk melihat orang lain sehingga tidak mudah menyalahkan,  ketika mendengarkan pendapat orang lain yang berbeda dengan kita, jangan langsung menyalahkannya, belum tentu pendapat orang lain itu salah, bisa jadi pendapat kita yang salah.

Penulis pernah menanyakan kepada temannya terkait diskusi dan debat, mana diantara keduanya yang lebih baik?

Jawabannya adalah diskusi, karena diskusi adalah sharing ilmu dan cara pandang, saling memahami perbedaan dan kesamaan sehingga tidak ada yang benar dan salah, tidak ada kalah dan menang. Saling berbagi pendapat dan mengambil Keputusan secara  tengah-tengah.

Kenapa tidak debat? Karena debat lebih pada mempertahankan argumen dan tidak mau menerima pendapat orang lain. Sehingga secara tidak langsung debat menutup pintu ilmu dan wawasan baru yang seharusnya bisa masuk tapi dihalang oleh keras kepala karena ingin menang dan benar sendiri saat berdebat.

 Apapun itu jangan mudah menilai orang dari luarnya, terkadang antara cover dan dalamnya akan jauh berbeda, banyak sekali anak  jalanan yang ingin sekolah tapi tidak memiliki biaya, tapi apa yang ada dipikiran orang-orang yang lebih beruntung dari mereka? Orang-orang yang lebih beruntung itu beranggapan bahwa anak-anak jalanan itu pemalas, lebih memilih mencari uang dari pada belajar.

Terakhir,

Belajarlah untuk tidak menyalahkan orang lain, ketika ada orang yang menurut kalian salah atau berbeda pandangan dalam suatu hal, ajaklah berbicara, diskusikan hal tersebut, dengan kita mengetahui cara berfikir orang lain, maka akan luas pula cara pandang yang kita dapatkan dalam suatu hal dan permasalahan.

Memahami orang lain adalah salah satu bentuk toleransi.

 cukup sekian, terima kasih..

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun