Mohon tunggu...
musa abdurrahman hilal
musa abdurrahman hilal Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (23107030104)

Hidup itu ketika kalian bernapas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sikap Boti, Normalisasi atau Jauhi?

26 Februari 2024   07:54 Diperbarui: 26 Februari 2024   08:21 3592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: news.indozone.id

Kata boti sudah nggak asing lagi ditelinga anak-anak muda, boti sendiri adalah bahasa gaul yang ditujukan kepada laki-laki yang memiliki kepribadian  seperti Wanita, nggak hanya itu ada beberapa dari mereka yang suka sesama jenis (gay).

Nggak bisa dipungkiri orang-orang seperti itu memang ada bahkan banyak disekitar kita, apalagi bagi kalian yang berada dilingkungan bebas yang kebanyakan orang menganut paham free life. Bagi beberapa orang pun merasa tidak nyaman Ketika dilingkungannya ada orang yang seperti itu.

Boti bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk LGBT, padahal LGBT dilarang di Indonesia, apakah hal itu bisa kita normalisasi atau justru kita jauhi. Sudah menjadi rahasia umum di Indonesia bahwa larangan semacam itu hanya sebuah larangan yang banyak sekali yang melanggar tanpa adanya tindakan tegas.

Meski sudah ada larangan tapi hal ini masih menjadi pro dan kontra pada Masyarakat, bagi mereka yang pro mengatakan bahwa larangan LGBT adalah salah satu bentuk pelanggaran HAM, sedangkan bagi mereka yang kontra mengatakan bahwa LGBT adalah salah satu bentuk penyimpangan sosial.

Kalau dilihat dari segi perilaku ya, orang-orang yang menyebut mereka sebagai boti memang sudah menyeleweng jauh dengan norma yang ada, mulai dari perilakunya sampai perawakannya yang menyerupai Wanita.

Dari pengalaman saya bertemu orang-orang seperti itu, mereka memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Ada yang berubah hanya karena sensasi, ada juga yang bawaan dari kecil. Dari sekian orang tadi ada beberapa yang berusaha untuk berubah ada juga yang memang bangga atau mungkin berdamai akan hal itu.

Salah satu faktor lestarinya budaya boti ini karena normalisasi dari orang-orang sekitar, dengan dalih toleransi dan menghargai apa yang menjadi keputusan mereka, yang sebenarnya hal itu kurang bisa dibenarkan.

Tapi Ketika kaum penganut budaya boti ini dijauhi mereka akan merasa terkucilkan dan merasa menjadi sampah masyarakat, Ketika perasaan itu berubah menjadi dendam bisa membahayakan dirinya sendiri dan orang disekitarnya.

Nah, Ketika normalisasi dan menjauhi sama-sama memiliki efek negatif, lalu sikap apa yang tepat untuk diambil dalam menyikapi orang-orang itu?

Sikap  yang perlu diambil yaitu menghindari sikap deskriminasi, membimbing mereka untuk berubah, karena sikap ini tidak mendukung tetapi juga tidak menolak secara keras, sehingga diperlukan proses.

Membuat mereka merasa dihargai dan diakui keberadaanya menjadi Langkah pertama Ketika ingin membimbing mereka, dengan begitu mereka akan merasa kita berada dipihaknya dan mendukung dia.

Secara tidak langsung, proses ini akan membantumu untuk mengetahui pola pikir dia, apa yang menjadi prinsip hidupnya, dari situ kita tidak akan mudah melabel seseorang sembarangan.

Ketika sudah mulai tumbuh kepercayaan barulah secara perlahan diberi pencerahan dan pengertian, mulai menasehati, membimbing kearah yang lebih baik. Membangun kesadaran diri bahwa perilaku tersebut termasuk perilaku yang menyimpang, karena kesadaran diri sangat diperlukan.

Mengawasi kegiatannya juga diperlukan, mengikuti organisasi apa saja, masuk komunitas seperti apa untuk mencegah keikut sertaan dalam komunitas yang berhubungan dengan gay dan orang-orang "boti".

Nah Ketika "boti" ini tetap teguh pada prinsipnya sudah melekat pada jiwanya, mau diberikan nasehat ataupun arahan tetap saja tidak ada keinginan untuk berubah, maka ya sudah..

Meskipun sudah tidak ada harapan untuk merubahnya, akan tetapi jangan sampai dia merasa terdeskriminasi karena perbedaan perilaku yang dianggap menyimpang tetap harus kita rangkul, tetap anggap dia teman tanpa menormalisasikan budaya itu.

Bagi saya budaya gay atau dalam Bahasa gaul "boti" nggak bisa dibenarkan karena sekali lagi itu sudah termasuk dalam penyimpangan sosial.

Kenapa saya bisa mengatakan hal itu sebagai tindakan penyimpangan sosial, karena baik pria ataupun Wanita memiliki fitrahnya masing-masing, fitrahnya seorang pria ya harus memiliki jiwa tegas, tidak lemah gemulai atau "slay". Berbeda dengan Wanita yang lebih lemah lembut dan merasa harus diayomi.

Terakhir,

Bagi kalian yang memiliki teman, saudara, atau orang-orang terdekat berpotensi menjadi "boti" coba didekati beri pemahaman sebelum terlanjur dan susah untuk dirubah. Karena sekali lagi perilaku gay bagi saya tidak bisa dibenarkan apapun alasannya, terima kasih.

             

             

               

             

             

             

             

             

               

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun