Kata boti sudah nggak asing lagi ditelinga anak-anak muda, boti sendiri adalah bahasa gaul yang ditujukan kepada laki-laki yang memiliki kepribadian  seperti Wanita, nggak hanya itu ada beberapa dari mereka yang suka sesama jenis (gay).
Nggak bisa dipungkiri orang-orang seperti itu memang ada bahkan banyak disekitar kita, apalagi bagi kalian yang berada dilingkungan bebas yang kebanyakan orang menganut paham free life. Bagi beberapa orang pun merasa tidak nyaman Ketika dilingkungannya ada orang yang seperti itu.
Boti bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk LGBT, padahal LGBT dilarang di Indonesia, apakah hal itu bisa kita normalisasi atau justru kita jauhi. Sudah menjadi rahasia umum di Indonesia bahwa larangan semacam itu hanya sebuah larangan yang banyak sekali yang melanggar tanpa adanya tindakan tegas.
Meski sudah ada larangan tapi hal ini masih menjadi pro dan kontra pada Masyarakat, bagi mereka yang pro mengatakan bahwa larangan LGBT adalah salah satu bentuk pelanggaran HAM, sedangkan bagi mereka yang kontra mengatakan bahwa LGBT adalah salah satu bentuk penyimpangan sosial.
Kalau dilihat dari segi perilaku ya, orang-orang yang menyebut mereka sebagai boti memang sudah menyeleweng jauh dengan norma yang ada, mulai dari perilakunya sampai perawakannya yang menyerupai Wanita.
Dari pengalaman saya bertemu orang-orang seperti itu, mereka memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Ada yang berubah hanya karena sensasi, ada juga yang bawaan dari kecil. Dari sekian orang tadi ada beberapa yang berusaha untuk berubah ada juga yang memang bangga atau mungkin berdamai akan hal itu.
Salah satu faktor lestarinya budaya boti ini karena normalisasi dari orang-orang sekitar, dengan dalih toleransi dan menghargai apa yang menjadi keputusan mereka, yang sebenarnya hal itu kurang bisa dibenarkan.
Tapi Ketika kaum penganut budaya boti ini dijauhi mereka akan merasa terkucilkan dan merasa menjadi sampah masyarakat, Ketika perasaan itu berubah menjadi dendam bisa membahayakan dirinya sendiri dan orang disekitarnya.
Nah, Ketika normalisasi dan menjauhi sama-sama memiliki efek negatif, lalu sikap apa yang tepat untuk diambil dalam menyikapi orang-orang itu?
Sikap  yang perlu diambil yaitu menghindari sikap deskriminasi, membimbing mereka untuk berubah, karena sikap ini tidak mendukung tetapi juga tidak menolak secara keras, sehingga diperlukan proses.