Mohon tunggu...
Musyaffa M Sos
Musyaffa M Sos Mohon Tunggu... Dosen - When we should change, there is chance

We never die, couse always think and show writting....

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Presiden Marah, Reshuffle Bukan Solusi, Butuh Kesadaran Semua Pihak

28 Juni 2020   23:15 Diperbarui: 29 Juni 2020   11:08 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Melalui saluran Youtube Sekretariat Presiden (Minggu, 28/06/2020), khalayak merespon secara antusias tentang kemarahan presiden terhadap kinerja para menteri saat pandemi. Sama halnya, beberapa saat kemudian, @Matanajwa melalui saluran media virtualnya, Narasi.tv yang diunggah melalui akun instagram, juga mengonstruksi tentang nada tinggi presiden, sebagai bentuk amarah atas kekecewaan presiden terhadap jajaran kabinetnya.

Tidak seperti biasanya, antusiasme khalayak internet meningkat drastis. Sebelumnya, unggahan atas konten terkait presiden di berbagai media terkesan biasa saja. Hanya sekitar puluhan hingga ratusan saja. Namun, kali ini, khalayak ramai justru memberikan sentimen positif terhadap apa yang menjadi kegelisahan orang nomor satu di Nusantara saat ini.

Tentu, hal ini terlihat dari ribuan komentar yang bernada dukungan terhadap evaluasi presiden terhadap jajarannya. Misal, pada akun Youtube Sekretariat Presiden, dengan judul konten, "Arahan Tegas Presiden Jokowi pada Sidang Kabinet Paripurna, Istana Negara 18 Juni 2020", usai empat jam diupload jumlah viewers mencapai 41 ribu lebih, dengan jumlah komentar mencapai 1,2 ribu.

Sementara, pada media sosial Instagram @matanajwa, dengan judul konten, "Peringatan Bernada Tinggi dalam Rapat Kabinet, Jokowi Ancam Reshuffle Menteri", membukukan 282. 236 tayangan usai tiga jam dirilis. Serta, tercatat sebanyak 2.314 komentar yang mayoritas mendukung evaluasi Presiden Jokowi. 

Gaya komunikasi presiden dalam sidang kabinet paripurna pada sesi tersebut, secara non-verbal merupakan bentuk kekecewaan presiden terhadap jajarannya. Nada tinggi disertai kerutan kening disertai gaya bahasa tubuh lainnya tidak dapat dipungkiri, bahwa luapan emosi tidak terhIndarkan.

Hal itu jelas menguatkan pesan dan arahan yang terujar melalui penegasan bahasa dan beberapa contoh arahan kepada para menterinya. Hal tersebut, seakan mengisyaratkan bahwa para menteri perlu melakukan kerja-kerja luar biasa di masa pandemi ini.

Hal ini wajar dan mestinya evaluasi tersebut dilakukan, mengingat kondisi riil pada masyarakat tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja. Sektor ekonomi harus bertekuk lutut dengan pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua yang kurang dari empat persen.

Belum lagi, pemutusan hubungan kerja terjadi di berbagai usaha dan instansi. Pada sektor kesehatan pun berimbas, insentif tunjangan dan bonus bagi para tenaga kesehatan juga terkesan lamban dalam penyaluran hak-hak mereka. Sektor kesehatan mengeluhkan susahnya akses mendapatkan alat penunjang kinerja mereka.

Pada sektor sosial pun serupa, kerancuan data dijumpai di mana saja. Sektor pendidikan juga tidak kalah leburnya, ditengah menurunnya pendapatan, masyarakat disusahkan dengan naiknya pembayaran bulanan (SPP dan UKT Mahasiswa).

Beragam respon khalayak terkait pidato presiden terkait hal ini. Mayoritas khalayak mendukung upaya presiden  evaluasi kinerja menteri. Satu diantaranya justru meminta semua jajaran pemerintahan dari presiden hingga satuan ketua Rukun Tetangga (RT) harus bahu membahu menyelesaikan permasalahan yang ada.

Presiden dalam kesempatan itu, sempat empat kali mengulang kalimat serupa yang intinya menekankan untuk menaruh empati yang sama. Maksudnya, semua pihak memiliki rasa tanggung jawab sama dalam mengatasi krisis pada masa pandemi. Pemerintah diminta untuk kerja luar biasa dan menghilangkan langkah standar dan linear agar langkah kebijakan segera dirasakan oleh 267 juta rakyat Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun