Bulan Agustus 2018 akan diadakan Asian Games di Palembang. Gelaran pesta olahraga ini akan diadakan di Stadion Gelora Sriwijaya, Jaka Baring, Palembang. Penasaran dengan Stadion yang disiapkan untuk event international tersebut, saya berkunjung ke sana. Tentu saja untuk ke daerah Jaka Baring kami tempuh dengan mobil. Setibanya di sana, kami berjalan menyusuri bagian depan stadion yang megah dan indah dengan jalan kaki. Masih tampak proses pembangunan di beberapa bagian, agar pada waktunya nanti telah siap untuk menyambut para atlit.
Dari Stadion Gelora Sriwijaya kami melintasi Jembatan Ampera menuju Pondok Pesantren Al Ihsaniyah, Gandus Palembang. Di sini ada wisata religi baru, Â di mana terdapat Al Quran raksasa (Al Quran Al Akbar) dalam bentuk pahatan kayu. Terdapat 30 juz ayat suci Al-Quran yang berhasil diukir khas Palembang pada lembar kayu berukuran 177 cm x 140 cm. Proses pembuatannya menghabiskan kurang lebih 40 meter kubik kayu tembesu dengan biaya tidak kurang Rp 2 miliar. Lembaran-lembaran Al Quran tersebut dipasang vertikal dan bisa diputar sehingga pengunjung bisa membacanya dari dua sisi.
Traveling tak bisa lepas dari belanja oleh-oleh. Buat saya ini wajib agar ada benda kenangan yang dibawa pulang. Saya diantar oleh Kakak ke Pasar Lenggok, untuk membeli pempek, tekwan dan calimpungan, serta ke Pasar Kito, pusatnya songket. Walaupun sudah sore dan kaki telah jauh melangkah, entah darimana datangnya energi ketika mengingat kata : belanja. Saya pun kalap diantara kios-kios songket yang indah-indah. Untuk teman-teman kantor, saya membeli beberapa songket print yang harganya cukup terjangkau dengan tampilan yang tak kalah indahnya dengan songket buatan tangan.Â
Sebagai penjelajah kota, saya merasa traveling di kota yang padat akan terasa lebih asyik jika ditempuh dengan jalan kaki. Tentu saja untuk lokasi yang cukup jauh bisa disambung dengan mobil atau angkutan umum.
Ketika jalan kaki, saya bisa memasuki kawasan padat seperti melewati gang sempit. Adakalanya, sebuah warung atau toko oleh-oleh yang legendaris terdapat di sebuah gang kecil. Â Wajar saja, toko tersebut mungkin merupakan industri rumahan yang pada jaman dulu pemiliknya belum memikirkan pentingnya akses jalan. Â Nah, untuk itu tentu saja untuk menjangkau bagian dalam pemukiman atau kawasan niaga saya harus siap jalan kaki.
Saya juga harus siap jalan kaki ketika ada sebuah toko atau warung sangat dekat dengan jalan sehingga bahkan tidak memiliki tempat parkir. Terpaksa mobil yang saya kendarai harus parkir agak jauh. Jika saya enggan jalan kaki, bisa jadi tempat-tempat seperti ini tidak jadi dikunjungi. Padahal ketika ingin menjelajah sebuah kota, biasanya saya telah membawa list (daftar) tujuan tempat yang akan dikunjungi). Mau dapat banyak lokasi? Ya harus mau jalan kaki.
Jalan kaki juga membuat tubuh bergerak. Hal ini merangsang reflek tubuh dan daya tubuh berfungsi secara optimal. Jika jalan kaki dilakukan dengan gembira, seperti halnya saat traveling, tubuh akan mengeluarkan hormon endorfin sehingga merasa lebih rileks. Beberapa penyakit degeneratif seperti stroke, tekanan darah tinggi (hipertensi) dapat dicegah dengan bergerak secara gembira.
Kadang traveling membuat saya lupa untuk beristirahat. Padahal otot tidak boleh dipaksa bekerja terus menerus karena dapat menyebabkan otot cedera bahkan bisa menimbulkan nyeri pada anggota tubuh tertentu, seperti otot betis, paha, pinggang, tangan, leher dan yang lainnya.  Jika kaki terasa pegal akibat jalan kaki berlebihan, saya oleskan  Geliga Krim, yaitu krim khusus untuk otot. Biasanya pada bagian betis dan paha saya terasa linu dan ototnya kaku. Pada bagian tersebut saya oleskan Geliga Krim sambil dipijit-pijit halus agar krim meresap dan terasa hangat.