Mohon tunggu...
Murtiyarini Murtiyarini
Murtiyarini Murtiyarini Mohon Tunggu... Blogger / PNS -

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Jalan Kaki Menjelajah Kota, Ada Sejuta Manfaat dan Cerita

9 Januari 2018   23:20 Diperbarui: 5 April 2018   15:50 1051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Palembang, Kota Asian Games 2018 (Foto : Dokumen Pribadi)

Sepasang sepatu sneakers telah saya cuci bersih, tandanya perjalanan baru akan dimulai. Sepatu warna biru bertali yang nyaman saya pakai melangkah mengeksplorasi kota demi kota. Buat saya, setiap perjalanan ke sebuah kota mempunyai nilai 'traveling' yang menarik. Saya menikmati suasana bangunan kota yang berbeda, logat masyarakat yang unik, kuliner lokal yang kaya rasa, moda transportasi umum, pasar dan komoditi daerah, bahkan aroma udara antar kota tidak selalu sama. 

Kesemuanya itu, menyatu dalam satu pengalaman yang mengesankan apabila saya bisa mengambil sisi nikmatnya sebuah perjalanan. Lelah akan menjadi gairah. Jarak tempuh yang panjang tidak akan menjadi masalah. Justru semakin jauh kaki menjelajah, semakin banyak cerita yang saya dapatkan.

City Explorer

Traveling yang saya lakukan baru-baru ini adalah ke Kota Palembang. Di sana ada Kakak Sulung saya dan keluarganya. Palembang tidak memiliki pantai maupun gunung. Traveling ke Palembang artinya saya akan menjelajah kota.

Saya mengikuti aktifitas harian Kakak yang seorang Dosen di Universitas Sriwijaya. Kebetulan pada hari pertama saya di Palembang, Kakak ada jadwal menguji mahasiswanya. Buat saya, tidak masalah diajak ke kampus. Malah saya senang. Sembari menunggu Kakak ke kantor selama kurang lebih dua jam, saya manfaatkan untuk membaur dengan mahasiswa yang tengah menikmati tekwan dan es kacang merah di warung kaki lima di pinggir jalan. 

Kenyang makan tekwan, saya jalan kaki keliling kampus, memotret gedung-gedungnya dari luar. Pastinya, suasana kampus Universitas Sriwijaya berbeda dari universitas lain yang pernah saya singgahi. Tatkala kaki mulai lelah, saya mencari masjid di dalam kampus. Selain untuk sholat, saya bisa numpang berselonjor kaki sambil mengoleskan Geliga Krim ke betis.

Sore harinya kami jalan-jalan ke kawasan Jembatan Ampera. Mobil Kakak di parkir kurang lebih 300 meter dari area Jembatan Ampera. Kami berjalan menyusuri Benteng Kuto Besak, Patung Ikan Belida (landmarkbaru Palembang) dan berakhir di area foto di tepian Sungai Musi. Semilir angin sore dari arah sungai menyapu hawa panas yang sejak siang menerpa. Terlihat orang-orang berfoto di kawasan ini sambil sesekali di sela oleh nyanyian pengamen. 

Berhubung tahun 2018 ini akan ada Asian Games di Palembang, tampak kota ini semarak berhias diri dengan simbol dan poster Asian Games. Hari pertama itu diakhiri dengan makan malam di Riverside Restaurant, sebuah restoran di tepi Sungai Musi. Dari meja tempat kami makan terlihat pemandangan kerlip lampu Jembatan Ampera. Saya yakin akan lama untuk bisa melupakan rasa istimewa dari hidangan pindang patin, ikan bakar aneka sambal dan aneka tumisan, pada malam itu.

Jembatan Ampera (Foto : Dokumen Pribadi)
Jembatan Ampera (Foto : Dokumen Pribadi)
Jembatan Ampera malam hari (Foto : Dokumen Pribadi)
Jembatan Ampera malam hari (Foto : Dokumen Pribadi)
Jalan kaki saat Car Free Day

Hari kedua, kami membaur dalam kegiatan jalan pagi masal di kawasan Kambang Iwak, sebutan untuk sebuah danau kecil di pusat kota. Setiap minggu pagi, di kawasan ini diberlakukan Car Free Day sehingga masyarakat bisa berjalan menyusuri jalan di sekeliling Kambang Iwak. Tak hanya ramai pejalan kaki, di tepi jalan juga ramai dengan pedagan kaki lima. Berbagai barang dijual, mulai dari makanan (empek-empek, roti canai, tekwan, kemplang dll), hingga baju murah dan aksesoris. Kita biasa mengenalnya dengan istilah pasar kaget.

Satu putaran kami tempuh dengan jalan kaki dalam tempo 30 menit. Wah, sebenarnya sudah cukup ya untuk memenuhi kebutuhan minimal 30 menit bergerak dalam sehari. Berhubung semangat sekali menikmati suasana kota Palembang ini, kaki saya belum mengeluh capek. Namun karena perut sudah mulai keroncongan, saya dan Kakak mampir makan di salah satu pedagang roti canai.

Car Free Day (Foto : Dokumen Pribadi)
Car Free Day (Foto : Dokumen Pribadi)
Roti Canai (Foto : Dokumen Pribadi)
Roti Canai (Foto : Dokumen Pribadi)
Ekplorasi Ikon Kota dan Wisata Belanja.

Bulan Agustus 2018 akan diadakan Asian Games di Palembang. Gelaran pesta olahraga ini akan diadakan di Stadion Gelora Sriwijaya, Jaka Baring, Palembang. Penasaran dengan Stadion yang disiapkan untuk event international tersebut, saya berkunjung ke sana. Tentu saja untuk ke daerah Jaka Baring kami tempuh dengan mobil. Setibanya di sana, kami berjalan menyusuri bagian depan stadion yang megah dan indah dengan jalan kaki. Masih tampak proses pembangunan di beberapa bagian, agar pada waktunya nanti telah siap untuk menyambut para atlit.

Dari Stadion Gelora Sriwijaya kami melintasi Jembatan Ampera menuju Pondok Pesantren Al Ihsaniyah, Gandus Palembang. Di sini ada wisata religi baru,  di mana terdapat Al Quran raksasa (Al Quran Al Akbar) dalam bentuk pahatan kayu. Terdapat 30 juz ayat suci Al-Quran yang berhasil diukir khas Palembang pada lembar kayu berukuran 177 cm x 140 cm. Proses pembuatannya menghabiskan kurang lebih 40 meter kubik kayu tembesu dengan biaya tidak kurang Rp 2 miliar. Lembaran-lembaran Al Quran tersebut dipasang vertikal dan bisa diputar sehingga pengunjung bisa membacanya dari dua sisi.

Traveling tak bisa lepas dari belanja oleh-oleh. Buat saya ini wajib agar ada benda kenangan yang dibawa pulang. Saya diantar oleh Kakak ke Pasar Lenggok, untuk membeli pempek, tekwan dan calimpungan, serta ke Pasar Kito, pusatnya songket. Walaupun sudah sore dan kaki telah jauh melangkah, entah darimana datangnya energi ketika mengingat kata : belanja. Saya pun kalap diantara kios-kios songket yang indah-indah. Untuk teman-teman kantor, saya membeli beberapa songket print yang harganya cukup terjangkau dengan tampilan yang tak kalah indahnya dengan songket buatan tangan. 

Al Quran Al Akbar (Foto : Dokumen Pribadi)
Al Quran Al Akbar (Foto : Dokumen Pribadi)
Belanja kain (Foto : Dokumen Pribadi)
Belanja kain (Foto : Dokumen Pribadi)
Manfaat traveling dengan jalan kaki.

Sebagai penjelajah kota, saya merasa traveling di kota yang padat akan terasa lebih asyik jika ditempuh dengan jalan kaki. Tentu saja untuk lokasi yang cukup jauh bisa disambung dengan mobil atau angkutan umum.

Ketika jalan kaki, saya bisa memasuki kawasan padat seperti melewati gang sempit. Adakalanya, sebuah warung atau toko oleh-oleh yang legendaris terdapat di sebuah gang kecil.  Wajar saja, toko tersebut mungkin merupakan industri rumahan yang pada jaman dulu pemiliknya belum memikirkan pentingnya akses jalan.  Nah, untuk itu tentu saja untuk menjangkau bagian dalam pemukiman atau kawasan niaga saya harus siap jalan kaki.

Saya juga harus siap jalan kaki ketika ada sebuah toko atau warung sangat dekat dengan jalan sehingga bahkan tidak memiliki tempat parkir. Terpaksa mobil yang saya kendarai harus parkir agak jauh. Jika saya enggan jalan kaki, bisa jadi tempat-tempat seperti ini tidak jadi dikunjungi. Padahal ketika ingin menjelajah sebuah kota, biasanya saya telah membawa list (daftar) tujuan tempat yang akan dikunjungi). Mau dapat banyak lokasi? Ya harus mau jalan kaki.

Jalan kaki juga membuat tubuh bergerak. Hal ini merangsang reflek tubuh dan daya tubuh berfungsi secara optimal. Jika jalan kaki dilakukan dengan gembira, seperti halnya saat traveling, tubuh akan mengeluarkan hormon endorfin sehingga merasa lebih rileks. Beberapa penyakit degeneratif seperti stroke, tekanan darah tinggi (hipertensi) dapat dicegah dengan bergerak secara gembira.

Oleskan Geliga Krim (Foto : Dokumen Pribadi)
Oleskan Geliga Krim (Foto : Dokumen Pribadi)
Agar jalan kaki saat traveling tidak membuat kaki pegal, ada cara mengantisipasinya. Pertama, saya menggunakan sepatu yang nyaman untuk berjalan, seperti sneaker. Kedua, saya melakukan istirahat secara berkala. Misalnya jalan kaki 30 menit, lalu dijeda istirahat sambil foto-foto, lalu jalan kaki lagi 30 menit , lalu makan. Setelah jalan, kaki jangan langsung ditekuk. Usahakan selonjor atau diluruskan agar tidak kram.

Kadang traveling membuat saya lupa untuk beristirahat. Padahal otot tidak boleh dipaksa bekerja terus menerus karena dapat menyebabkan otot cedera bahkan bisa menimbulkan nyeri pada anggota tubuh tertentu, seperti otot betis, paha, pinggang, tangan, leher dan yang lainnya.  Jika kaki terasa pegal akibat jalan kaki berlebihan, saya oleskan  Geliga Krim, yaitu krim khusus untuk otot. Biasanya pada bagian betis dan paha saya terasa linu dan ototnya kaku. Pada bagian tersebut saya oleskan Geliga Krim sambil dipijit-pijit halus agar krim meresap dan terasa hangat.

Oiya, kadang yang pegal tak hanya kaki, lho. Pundak saya juga pegal. Gara-garanya saya beban ransel semakin berat terisi barang belanjaan. Pegal pada bagian pundak ini bisa merusak acara jalan-jalan berikutnya karena bisa menjalar ke leher dan kepala. Akibatnya leher kaku dan kepala pusing. Sebelum semakin parah, biasanya saya olehkan Geliga Krim pada pundak kanan dan kiri sambil dipijat halus hingga otot sedikit lebih rileks.

Saya selalu membawa Geliga Krim di saku ransel. Krim Geliga ini bisa membantu mempercepat  memulihkan otot saat terjadi cidera.  Sifat krimnya yang tidak lengket, cepat meresap dan tidak berbekas di baju membuat saya nyaman menggunakannya.

Demikianlah Pembaca, traveling itu butuh persiapan, terutama persiapan fisik. Di saat budget traveling bisa ditekan, stamina fisik justru harus ditingkatkan. Saya selalu berusaha melakukan perencanaan agenda traveling walaupun durasi perjalanan hanya sebentar. Untuk apa? Perencanaan penting agar waktu dan energi yang saya gunakan untuk traveling lebih efektif sehingga lebih banyak tempat yang bisa saya jelajahi.

Penulis : Murtiyarini

Twitter @arin_murti

Instagram @murtiyarini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun