Dalam keluarga kecil saya saat ini, tidak ada aturan baku yang kami ikuti baik dari latar belakang saya maupun suami. Kami padu padan saja dan mengalir sesuai situasi dan kondisi. Jika suami telah siap untuk makan, maka beliau mengambil bagiannya. Tetapi jika anak-anak sudah mendesak laparnya, kenapa mesti ditunda-tunda. Toh pilihan masing-masing telah tersedia.
Makan tidak berbicara. Kami meyakini aturan itu sangat benar baik dari segi etika maupun kesehatan. Makan melibatkan gerakan saluran cerna di tenggorokan, di mana terdapat persimpangan dengan saluran napas. Jika kita makan sambil berbicara, akan beresiko untuk mengalami tersedak yang bisa membahayakan jiwa. Karena itu, makan tidak berbicara adalah aturan yang wajib kami terapkan.
Hingga saat ini tidak mudah menerapkan aturan ini. Pasalnya, si adik sifatnya banyak bicara dan mudah tertawa. Kami harus telaten mengingatkan bahwa dia harus menyelesaikan kunyahannya.Â
Yang saya tulis ini hanya sebagian cerita bagaimana kami mengenal satu sama lain dalam kegiatan santap bersama. Perbedaan tidak harus dijadikan sama. Perbedaan selera, kebiasaan, etika hingga cerita-cerita membuat kami saling memahami. Dan akhirnya, beda biarlah tetap beda. Yang penting, kebersamaan tetap terjalin.
Facebook arin.murtiyarini
Twitter @arin_murti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H