Mohon tunggu...
Mursal Bahtiar
Mursal Bahtiar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hamba Allah

Orang Timur

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ramdhan Ma Cahaya

1 April 2022   21:05 Diperbarui: 1 April 2022   21:10 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Mencari Makna"

Oleh amal Hasanuddin (De'facto Rap)

Teringat betul dahulu, kala umur masih ku rayu
Berharap dewasa agar mampu memaknai arti BulanMu
Bocah-bocah yang mengemis dewasa, belajar memenita puasa, tiba matang usianya pintar ia merasa.

Mulailah ia belajar, mulialah ia bersabar
Bibirnya bergetar, zikirnya terantar
Ibadah baginya adalah candu  
bahkan waktu ia bunuh terharu
sampai suatu waktu tanya ia dalam kalbu
Ibadah apa yang paling tinggi nilainya bagi Tuhan?
Rukun iman dan Islam? Lalu berapa nilai kebaikan?

Aku takut saat mendirikan sholat karena aku butu didengar, Karena hidupku terancam bukan karena kita yang adalah akar

Sudah berapa banyak Ramdhan kita lalui
Sesali segala lalai serasa tak cukup di biayai
Minta di ampuni tapi selalu saja tukar hati
Tak sehati, kita kalah dalam bukti atas bakti

Tapi Tuhan memang penagsih pula penyayang
Disetiap jalan selalu saja ada kesempatan
Bahkan keselahan dan kebenaran tak sejati menemukan jalan pulang sebab, taatku hanya sebatas Ramadhan yang sebulan.

Aku ingat cerita kakek saat ibunda merwatku Dalam rahim, Percakapan mahal yang interen kata katanya begitu Halim, Peristiwa yang bukan lagi soal awal, bagi mereka yang berakal. Aku dan ibunda berbagi siang dan malam yang normal.

Hingga keluarku suci bapakku memberi komando
Inikah kisah Ramdhan ku yang tersirat dan ditolak kebodohan. Aku semakin mendekatinya mencari maksud dan tujuan. Untuk apa semua ini ada bila Tuhan memang pengampunan dan penyayang

Di malam-malam pengampunan, pikir kerdilku berkeliaran. Beberapa pertanyaan tak selesai terjawabkan, untuk apa Ramadhan ada ketika Tuhan menagaku Dia maha pengampun

Aku curiga Tuhan punya rahasia, dan Ramdhan adalah cerminan.. Entahlah!!

Ini semacam teka teki ilahi
Kita mengulangi ibadah, entah berapa jumlah pahala atau dosa yang kita bawa. Relakah kita bila menuju tua selalu tunduk dan patuh? Tapi ketika kita mati, kita diantar ke neraka pasti tak mahu

Siapa mahu siapa tahu
Tuhan memang maha kuasa, melawan tak bisa Dan kita mulai berfikir paksa. Keluar dari definisi defenisi lebih seriusi maknai. Apapun itu, sekalipun kita membaca kisah-kisah iblis

Kita kadang liar dalam sendiri tapi sopan kala sesama. Telanjang bersama Tuhan tapi berpakaian untuk manusia. Lalu penghargaan apa yang membuat kita bangga? Bahwa kita adalah manusia yang paling rapih isi dadanya

Berhenti lah kita menganggap pantas mewakili Tuhan, untuk menjadikan sesuatu itu layak atau tidak. Bahkan seorang Mubaligh sekalipun hanya sebatas menyampaikan, bukan mengislamkan, apalagi menjanjikan kenikmatan surgawi.

Selamat menjalani ibadah puasa saudara ku dibumi
Semoga semesta meridhoi tiap tulus yang berangkat dari hati
Semoga ibadah kita tak sekedar gerakan pemujaan yang meminta surga dan kenikmatan
Semoga segala bentuk ibadah dapat membawa kita pada yang sejati, yang hakiki
Agar kita dapati hidup, temui mati, jumpai kekasih, kenali Ilahi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun