Mohon tunggu...
Mursal Bahtiar
Mursal Bahtiar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hamba Allah

Orang Timur

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kupal Kekinian

25 Januari 2022   21:37 Diperbarui: 22 Maret 2022   13:14 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Mursal Bahtiar

Matahari tiba gelap telah pergi

Pohon pala dijalanan itu kini sunyi

Sampai saat ini kita hanya tertati

 Merebang makna dibawa gunung Seki

 

Kupal Masure...

Kupal de' ini...

Di batas itu kita semua bingung 

Di keindahan itu kita meraung 

Menahan rasa seperti terapung 

Dan berteriak nyaring namun terkurung  

Soya-soya dan leleyan tertancap subur 

Bagogoro dan Tahlilan mengimbangi kubur 

Tetap pada makna itu melihat seperti kabur 

Hingga mati kita tetap kan di ukur  

Katanya Kampung kita masure! 

Padahal bakugogahe kita cafarune 

Seperti pepatah om La une 

Hidup disini sudah jarangahe  

Dimana Kupal yang masure Jika bambu hanya untuk dodorobe 

Dimana Kupal de ini Jika kayu manis dikira fanili  

Dari tetangga kita bisa meminta cabe Pedasnya seakan jauh ke Ternate 

Masjid kita 4 dipakai untuk tarawe 

Sementara, semuanya terkesan matre  

Mimpi kita berpadu dalam pemimpin 

Warnanya merah bagai api pada lilin 

Seharusnya tangkas kita mendoktrin 

Agar sejarah menamai Kupal tak sebatas ampecilin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun