Mohon tunggu...
Murni Rianti
Murni Rianti Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan SMK Yudya Karya Kota Magelang

Membaca, menulis, traveling, berkebun, bertanam, kurator, olah raga jalan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memfasilitasi Curhat

25 Januari 2023   16:07 Diperbarui: 25 Januari 2023   16:14 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagi asik baca novelnya Mbak Neni yang judulnya "Sang Penari" di kompasiana. Eh ada suara gaduh dekat pintu. Antara bisikan ingin masuk karena takut, juga bisikan, daripada di luar dilihat teman-teman dari kelas.

Padahal kelas literasiku hari ini bukan anak-anak yang ada di depan pintu itu.

Bergegas aku menuju pintu. Kedatanganku yang tiba-tiba ada di samping mereka, membuat mereka kaget.

"Mau masuk Bu. Kita ga boleh masuk kelas karena sudah perjanjian, telat lebih dari sepuluh menit,  boleh masuk  jam berikut."

Aku mengetik obrolan mereka di ponsel.

"Jadi ceritanya hari ini tidak bisa masuk kelas. karena apa?"

"Ngantar Devi ke kamar mandi."

"Bukan Bu, dia ke kantin, lalu nyusul saya biar masuk bareng."

"Yah, karena ceritamu dan kamu beda, mending ditulis saja. Duduk di bangku deretan kiri. Meja tengah untuk giat literasi kelas sepuluh.

Mereka berlari menuju kursi yang telah aku rujuk. Seolah mendapat tempat duduk dalam ruang yang nyaman dari tatapan teman mereka dari kelas. Aku bisa mengerti kalau ini  merupakan kebahagiaan. Aku juga merasa beruntung, karena berhasil menyuruh mereka tidak saling menyalahkan lewat suara. 

"Apa saja yang diceritakan? Semua kejadian kalian dari rumah hingga terlambat. Ngapain aja to sejak tadi, bikin terlambat sampai saya membolehkan kamu curhat lewat kertas saja. Terus apa menututmu curhat lewat kertas."

Yang satu langsung nulis dengan semangat, yang satu manyun berat.

"Tenang, nanti saya beri kupon mie kopyok Mas Arya, kamu lapar kan? Saya tahu kalau lapar tidak bisa konsentrasi."

Ada senyum malu di wajahnya. Saya membiarkan mereka sibuk dengan kertas yang sudah saya bagi. Tentu saja kertas itu kertas daur ulang. Kertas bekas yang dijadikan bersih bolak-balik, karena halaman berisi soal sudah direkatkan menggunakan lem.

Saya lanjut membaca karya Mbak Neni sambil menunggu siswa kelas literasi sesaat lagi.

Tema ini menjadi renunganku gara-gara balasan komentar dari Mbak Suprihati di kolom K. Kata Mbak Suprihati, memfasilitasi curhat seraya mengasah keterampilan menulis. 

Terima kasih ya Mba.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun