"Apa saja yang diceritakan? Semua kejadian kalian dari rumah hingga terlambat. Ngapain aja to sejak tadi, bikin terlambat sampai saya membolehkan kamu curhat lewat kertas saja. Terus apa menututmu curhat lewat kertas."
Yang satu langsung nulis dengan semangat, yang satu manyun berat.
"Tenang, nanti saya beri kupon mie kopyok Mas Arya, kamu lapar kan? Saya tahu kalau lapar tidak bisa konsentrasi."
Ada senyum malu di wajahnya. Saya membiarkan mereka sibuk dengan kertas yang sudah saya bagi. Tentu saja kertas itu kertas daur ulang. Kertas bekas yang dijadikan bersih bolak-balik, karena halaman berisi soal sudah direkatkan menggunakan lem.
Saya lanjut membaca karya Mbak Neni sambil menunggu siswa kelas literasi sesaat lagi.
Tema ini menjadi renunganku gara-gara balasan komentar dari Mbak Suprihati di kolom K. Kata Mbak Suprihati, memfasilitasi curhat seraya mengasah keterampilan menulis.Â
Terima kasih ya Mba.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H