Bahasa Indonesia adalah jati diri bangsa Indonesia yang memegang peranan penting di segala aspek kehidupan masyarakat dalam hal berinteraksi atau berkomunikasi. Seiring perkembangan zaman, penggunaan bahasa ikut berkembang baik ke arah yang positif maupun negatif.Â
Pada kenyataannya penggunaan bahasa Indonesia saat ini mulai tergeser dengan bahasa asing yang dibuktikan dengan menyelipkan bahasa asing saat menggunakan bahasa Indonesia. Maka diperlukan adanya strategi khusus untuk meningkatkan eksistensi bahasa Indonesia baik di dalam maupun di luar negeri.
Penggunaan bahasa yang saling tercampur antara satu dengan yang lain menyesuaikan dengan kehidupan interaksi anak muda pada saat ini, atau yang akrab dikenal dengan sebutan generasi milenial. Generasi ini berada pada rentang usia 17 -- 37 tahun dan lahir di tahun 1980 -- 2000-an.Â
Generasi milenial sangat akrab dengan media, komunikasi, dan teknologi digital seperti sekarang ini. Di Indonesia sendiri dari jumlah 255 juta penduduk yang tercatat, terdapat 81 juta penduduk yang merupakan generasi milenial.
Jumlah generasi milenial yang tidak sedikit tersebut merupakan peluang besar untuk membangun eksistensi bahasa Indonesia dalam dunia internasional. Karakter generasi milenial yang visioner dan terbuka dengan teknologi dapat menjadi tombak untuk mengenalkan bahasa Indonesia di kancah internasional.
Terdapat salah satu budaya yang menjadi tren besar datang ke Indonesia dan menerima bahasa Indonesia dengan ramah. Budaya tersebut berasal dari negeri ginseng yaitu Korea Selatan.Â
Budaya Korea yang meluas pesat ini cenderung diterima oleh berbagai kalangan sehingga menghasilkan fenomena Korean Wave atau Hallyu.Â
Fenomena ini sudah tersebar di seluruh Indonesia dan sangat akrab dengan kehidupan generasi milenial. Korean Wave identik dengan dunia hiburan seperti musik dan drama yang dikemas dengan sangat modern dalam memperkenalkan budaya Korea.
Salah satu produk budaya Korea yang sangat digandrungi dan menarik perhatian generasi milenial yaitu musik pop atau yang dikenal dengan istilah K-Pop.Â
Indonesia merupakan salah satu negara tempat bagi jutaan pencinta K-Pop atau K-Popers. Untuk penayangan video K-Pop sendiri di Youtube, Indonesia menempati posisi ke-2 dengan presentase 9.9% (Won So, 2020) setelah  Korea Selatan yang hanya memiliki selisih yang sangat sedikit dengan Indonesia yaitu 10.1 %.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan penghasil fanbase terbesar dalam K-Pop. Dapat diibaratkan bahwa K-Pop adalah salah satu pemersatu generasi milenial Indonesia.Â
Apalagi dengan adanya pandemik covid-19 yang menyerang secara global membuat penggemar budaya Korea terutama K-Pop di Indonesia terus bertambah, Â karena produk dari Korean Wave ini terutama K-Pop merupakan salah satu alternatif hiburan di era pandemik.Â
Berdasarkan kenyataan tersebut, Indonesia menarik perhatian para artis Korea sehingga banyak dari mereka yang membuat konten-konten berhubungan dengan Indonesia.
Para K-Popers seringkali menyapa idolanya dengan tetap menggunakan bahasa Indonesia dan hal ini tentu menarik perhatian para artis Korea sehingga mereka mulai mempelajari bahasa Indonesia untuk menyapa kembali penggemarnya itu dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik melalui sapaan singkat hingga meng-cover lagu-lagu populer milik penyanyi Indonesia dan menyanyikannya dengan menggunakan bahasa Indonesia. Korean Wave ini tidak hanya menyebar di Indonesia saja tetapi hampir seluruh dunia. Berkat mendunianya bahasa Indonesia yang dibawa melalui K-Pop, membuat bahasa Indonesia kian populer.
Sebagai referensi, menurut salah satu Youtuber asal Korea yaitu Yuna Nuna seorang mahasiswi Korea yang mengambil jurusan Bahasa Indonesia di Hankuk University of Foreign Studies. Youtuber cantik ini mengatakan bahwa di kampusnya jurusan Bahasa Indonesia sangatlah populer dan menjadi persaingan ketat.Â
Alasan banyaknya orang Korea yang belajar bahasa Indonesia yaitu karena bahasa Indonesia adalah bahasa yang mudah dan tidak banyak memiliki tata bahasa, Indonesia juga semakin terkenal di Korea karena semakin banyak informasi tentang Indonesia dan Pemerintah kedua negara tersebut saling bekerjasama, dan juga untuk mendapatkan pekerjaan di Korea Selatan ketika hendak melamar pekerjaan kemudian menguasai bahasa Indonesia dapat menjadi senjata ampuh karena banyaknya kerjasama antara perusahaan Korea dengan Indonesia begitupun sebaliknya.
Selain itu, di masa pandemik ini banyak artis Korea yang menjadi Brand Ambassador produk atau perusahaan lokal Indonesia. Mereka mempromosikan produk atau perusahaan lokal di Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia yang tentunya banyak menarik perhatian masyarakat terutama K-Popers.Â
Yang paling dominan dalam memanfatkan strategi marketing ini yaitu perusahaan yang memberikan pelayanan berbelanja secara online karena pada masa pandemik seperti ini hampir semua orang mengalihkan kegiatannya dengan berbelanja secara online.
Di tengah keberadaan pandemik ini juga, banyak orang yang mencampuradukkan penggunaan bahasa Indonesia dengan bahasa Korea sebagai hiburan di masa krisis seperti ini. Salah satu contoh pencampuradukkan bahasanya yaitu pada ucapan, "Aku harus ottoke?" yang jika kita artikan menjadi, "Aku harus bagaimana?" dan hal seperti ini semakin banyak digunakan terutama oleh kalangan milenial.
Korean Wave terutama K-Pop merupakan salah satu jalan besar untuk membuka peningkatan eksistensi penggunaan Bahasa Indonesia. K-Pop adalah pemersatu generasi milenial, dengan banyaknya penggunaan bahasa Indonesia oleh para artis K-Pop semakin mempersatukan generasi milenial Indonesia dan meningkatkan kebanggaan para generasi milenial karena memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu.
Walaupun budaya Korea terutama bahasanya terasa kian mengakar di tengah hiruk pikuk kehidupan remaja namun sebagai generasi milenial sudah seharusnya mengutamakan penggunaan bahasa aslinya dalam kehidupan sehari-hari dan menghadirkan keseimbangan antara bahasa Indonesia dengan bahasa yang datang dari luar.Â
Memiliki kemampuan berbahasa asing sangatlah penting sebagai bekal menghadapi era globalisasi yang cepat mengalami perubahan seperti ini tetapi jangan sampai mengorbankan jati diri bangsa untuk menggapai hal tersebut. Jangan sampai kita sebagai generasi milenial asing dengan bahasa lokalnya sendiri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H