Mohon tunggu...
Murni Oktarina
Murni Oktarina Mohon Tunggu... Auditor - Inspektorat Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir

Lahir dan menetap di Palembang. Penulis Novel Merindumu, Novel Goodbye My Days, dan Buku Kumpulan Cerpen Penantian di Bawah Sakura

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Inspiratif, Ini Kisah Garis Panjang, Bukan tentang Sebuah Tiang

21 November 2017   04:22 Diperbarui: 21 November 2017   04:38 9113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.adisumaryadi.com

Suatu hari di sebuah kelas sekolah elite dengan bangunan gedung nan mewah, juga dengan tiang-tiang panjang yang kokoh, telah terjadi diskusi antara seorang guru dan murid-muridnya. Guru laki-laki itu bertubuh kurus tinggi yang dapat mengingatkan kita pada tiang-tiang yang seringkali kita jumpai.

Waktu diskusi masih tinggal 20 menit lagi, namun bahan diskusi telah dikupas tuntas oleh guru bersama murid-muridnya yang cerdas. Guru itu pun memutar otak, mencari sebuah ide untuk mengisi waktu yang masih cukup panjang, sepanjang tiang bendera di halaman sekolah mereka. Tiba-tiba terlintas dalam benaknya sebuah ide yang ia yakini dapat mengetahui kepribadian murid-murid di kelasnya.

Guru tersebut membuat garis sepanjang 1 meter di papan tulis.

"Anak-anakku, ada yang bisa membantu Bapak memperpendek garis ini?" katanya bertanya di depan kelas.

Seorang murid perempuan yang merupakan siswi terbaik di kelas tersebut maju dengan percaya diri. Anak pengusaha sukses itu menghapus garis sepanjang 15 cm, sehingga garis panjang yang awalnya 1 m menjadi 85 cm.

Sang guru tersenyum tipis pada muridnya, kemudian ia mempersilahkan seorang anak laki-laki yang mengacungkan tangannya untuk maju menjawab tantangan darinya. Anak laki-laki berwajah tampan itu adalah penyanyi cilik yang berhasil memenangkan ajang pencarian bakat tahun lalu dan telah mengharumkan nama sekolah mereka.

Sama dengan anak yang pertama, ia pun menghapus garis sepanjang 25 cm dan kini garis tersebut memiliki panjang 60 cm.

Sang guru hanya mengangguk pelan. Tiga murid lainnya pun melakukan hal yang sama, menghapus garis masing-masing 15 cm, hingga garis panjang tersebut berubah menjadi lebih pendek yang kini hanya tinggal 15 cm.

"Ada yang masih ingin mencoba?" tanyanya pada seluruh murid di hadapannya.

Seorang murid laki-laki yang dikenalnya sebagai murid yang cukup pendiam, maju dengan langkah agak ragu.

"Boleh saya menggunakan cara yang berbeda?" tanya sang murid. Sang guru hanya mengangguk.

Ternyata murid tersebut bukan menghapus garis seperti yang dilakukan oleh kelima temannya. Akan tetapi, ia membuat garis baru sepanjang 110 cm di sebelah garis 15 cm tadi.

Mata sang guru berbinar. Ia pun memeluk muridnya dengan bangga.

"Kamu memang bijak, Anakku. Untuk memperpendek sebuah garis, tidak selamanya kita diharuskan untuk menghapusnya. Cukup membuat garis baru yang lebih panjang, maka garis sebelumnya akan lebih pendek dengan sendirinya!" ujar sang guru menjelaskan pada seluruh muridnya.

Memang, untuk menjadi yang terbaik, kita tak perlu menjatuhkan, menyingkirkan, atau menjelekkan pihak lain. Cukup lakukan kebaikan yang lebihbanyak secara terus menerus. Biarkan waktu yang akan membuktikan kualitas dan ketulusan perbuatan kita. Sebab, permata tetap akan bersinar meski terpendam di antara lumpur yang gelap.

Cerita tentang garis di atas saya dapatkan dari sebuah tulisan di salah satu grup Whatsapp. Saya coba menulis ulang menggunakan gaya saya sendiri, ditambahkan pengembangan cerita, perubahan, dan penyesuaian seperlunya. Akan tetapi, saya tidak bisa menyertakan nama penulis asli sebab tulisan tersebut tanpa nama dan tanpa sumber.

Semoga kisah di atas dapat memberi inspirasi dan menyadarkan kita semua. Semoga tiang-tiang di bumi ini dapat setegar tiang yang beberapa hari kemarin mendapatkan sebuah "musibah". Aamiin....

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun