Mohon tunggu...
Murni Du Di Dam
Murni Du Di Dam Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bernama asli Murni Oktarina. Dari lahir hingga saat ini tetap tinggal di kota Palembang. Pegawai BLU di Universitas Sriwijaya ini memiliki hobi membaca dan menulis fiksi. Untuk berkenalan bisa menghubunginya di murni.dudidam@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gomen Nasai, Satoru

27 Februari 2015   21:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:24 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Manami, kenapa kamu yang membersihkan lapangan? Mana kohai kelas 1?”

Aku menoleh ke belakang, ternyata Kak Satoru.

Dengan berdebar-debar aku menjawab, “Mungkin mereka masih belajar di kelas, Kak.”

Aku tersentak ketika Kak Satoru ikut membantuku menyiapkan lapangan.

“Kak… Emm, tidak usah, Kak. Nanti senpai yang lain melihat. Mereka marah jika Kakak ikut bekerja,” kataku yang tak dihiraukan Kak Satoru.

“Satoru…!” panggil Yumiko yang sudah berada di dekat kami.

Kenapa Yumiko datang sih, gerutuku dalam hati.

Kak Satoru memberikan senyuman yang indah untuk Yumiko. Aku baru sadar senyuman itu sangatlah spesial dan hanya untuk satu orang, Yumiko.

“Yumiko bawa kyogashi untuk Satoru. Dimakan, ya!” kata Yumiko pada Satoru sambil menyerahkan kotak berisi kue khas Kyoto.

“Arigatou gozaimasu (Terima kasih), Yumiko. Kamu membuat kyogashi sendiri?” tanya Kak Satoru sambil memandang lekat pada Yumiko.

Yumiko tersipu. “Hai, Satoru. Khusus untuk Satoru, hehehe…”

Yumiko dan Kak Satoru berbicara seolah tak ada aku. Mereka mengacuhkanku. Lebih baik pergi menjauh dari mereka. Aku berlari menuju ruangan klub. Airmata membasahi kedua belah pipiku. Kubenamkan wajah di atas tas. Menangis, menumpahkan kesedihanku.

***

“Itadakimasu (Selamat makan), Sayang. Makan yang banyak ya, biar makin tinggi dan pintar, hehe…,” ujar haha bercanda dengan mengucapkan doa biar makin tinggi.

Aku hanya tersenyum kecil. Tak biasanya sikapku begitu. Biasanya jika haha menggodaku, aku akan teriak-teriak lalu dilanjutkan dengan tertawa.

“Manami, kamu kenapa? Wajahmu menyiratkan kesedihan begitu,”

“Tidak apa-apa, Bu. Manami hanya kelelahan. Manami naik dulu, ya. Mau langsung tidur,”

“Makanannya dihabiskan dulu, Sayang!”

“Sudah kenyang, Bu.” jawabku yang langsung mempercepat langkah menaiki tangga.

Di dalam kamar, aku duduk memandangi langit malam yang bertabur bintang lewat jendela kamarku. aku termenung memikirkan perasaanku. Sungguh aku telah benar-benar merasakan minder karena berbeda dengan yang lain. Punya orangtua yang tidak lengkap, kehidupan ekonomi yang pas-pas an, tubuh tinggi menjulang namun kurus tidak berisi, wajah yang standar dan parahnya memiliki perasaan terpendam pada laki-laki yang hampir sempurna. Ah, pikiran apa ini? Bisa-bisanya aku mencela diri sendiri. Padahal Tuhan telah menciptakanku dengan sebaik-baiknya dan selalu memberikan nikmat-Nya yang cukup buatku.

Besok tanggal 16 Agustus, artinya Festival Gozan no Okuribi akan segera tiba. Festival yang diselenggarakan dari petang hingga malam ini akan menerangi Kyoto dengan aneka karakter Jepang dan simbol kebudayaan dari api, menyala di gunung-gunung yang mengelilingi Kyoto. Aku sudah membayangkan keindahan dan keramaian di festival tersebut. Bahkan aku pernah bermimpi keluar di malam hari berdua dengan Kak Satoru ketika Festival Gozan no Okuribi.

Angin malam membelai wajah sedihku. Sejak Yumiko mengenal Kak Satoru perasaan sedih selalu melanda hati ini. Aku tahu, beberapa gadis di sekolahku menyukai Kak Satoru, tapi aku biasa-biasa saja karena Kak Satoru tidak menanggapi mereka. Entah kenapa, saat Yumiko yang menyukai Kak Satoru aku tidak bisa biasa-biasa saja. Aku terlarut dalam kesedihan. Merasa takut Yumiko bisa merebut hati Kak Satoru.

“Angin, sampaikan salamku untuk Kak Satoru!” kataku lirih pada angin yang kembali membelai wajahku.

***

“Eh, sudah tahu belum jika Kak Satoru sekarang lagi dekat dengan anak kelas 2 bernama Yumiko. Aku sih menyerah saja, karena tak mungkin bersaing dengan Yumiko yang cantik itu,” kata salah satu anak kelas 1 pada temannya yang terlihat cemberut mendengar pernyataannya.

Ternyata berita tentang kedekatan Yumiko dan Kak Satoru sudah meluas. Aku hanya menelan ludah mendengarnya.

“Manami, benar ya jika Yumiko dekat dengan Kak Satoru? Yumiko jahat, deh! Masa semua cowok keren di sekolah kita ingin dimilikinya semua!” seru Aika yang menghampiriku. Sedikit tersedak aku mendengarnya karena sedang meneguk minuman.

“Emm… Hai, Aika.” jawabku pendek setelah itu kembali kuteguk habis air di dalam botol.

Aika meninggalkanku. Aku tahu ia kecewa, sama seperti diriku.

Aku berjalan meninggalkan lapangan tenis. Sudah hampir sore, jadi kuputuskan untuk segera pulang. Dengan berjalan gontai aku menuju ruangan klub tenis. Baru saja langkah kakiku akan menapaki ruangan itu dan tanganku akan membuka pintu, aku mendengar suara kecil. Kuurungkan niat untuk masuk mengambil tas. Dengan seksama aku mendengarkan percakapan dua orang di dalam.

“Gomen nasai (Maafkan aku), Yumiko! Saat ini aku tak bisa,”

Aku amat mengenal suara itu. Suara Kak Satoru.

“Kenapa? Apa ada gadis lain yang disukai Satoru? Jadi apa artinya selama ini Satoru mendekatiku?”

Ini suara Yumiko. Tiba-tiba pintu terbuka, Kak Satoru keluar dengan wajah marah dan kesal. Baru kali ini aku melihat wajah Kak Satoru seperti itu. Kak Satoru memandangiku sesaat lalu pergi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun