Mohon tunggu...
Murni Du Di Dam
Murni Du Di Dam Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bernama asli Murni Oktarina. Dari lahir hingga saat ini tetap tinggal di kota Palembang. Pegawai BLU di Universitas Sriwijaya ini memiliki hobi membaca dan menulis fiksi. Untuk berkenalan bisa menghubunginya di murni.dudidam@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gomen Nasai, Satoru

27 Februari 2015   21:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:24 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kukayuh sepedaku dengan cukup cepat. Semoga bisa sampai tepat waktu. Mataku menyapu jalanan wilayah Sanjo. Bersih dan rapi. Orang-orang berlalu lalang masih dengan kesibukan masing-masing walau hari ini hari libur. Sama seperti diriku yang entah kenapa pagi ini tergesa-gesa menuju Togaden, restoran tofu (tahu). Bukan berniat untuk makan tofu karena memang Togaden buka jam lima sore. Tapi demi menuntaskan rasa penasaranku atas cerita Yumiko tadi malam.

Yumiko menelponku dan mengatakan bahwa hari ini pukul 9 pagi, dia janjian bertemu dengan Kak Satoru di depan Togaden. Aku meringis mendengarnya dan berniat untuk tidak ambil pusing. Tapi nyatanya aku tak bisa. Aku terus memikirkan dan penasaran apakah pernyataan Yumiko benar.

Aku menghentikan sepedaku dan menatap dua manusia yang sedang berdiri di depan Togaden. Yumiko dengan rok merah muda dan atasan putihnya terlihat makin menarik, ia tertawa kecil sambil menatap Kak Satoru yang sedang berbicara sesuatu yang mungkin cukup lucu hingga menimbulkan tawa di antara mereka. Rasanya dada ini bergemuruh melihat keakraban mereka. Aku tak menyangka Yumiko bisa langsung akrab dengan Kak Satoru dalam waktu satu hari saja. Tapi tak bisa disalahkan, itulah Yumiko yang memang dari sananya memiliki daya tarik hingga mudah bergaul dengan semua laki-laki dalam waktu singkat.

Aku berniat mengayuh kembali sepedaku untuk pulang. Tapi Yumiko menyadari keberadaanku.

“Manami…!” panggil Yumiko sambil melambaikan tangannya menyuruhku menghampirinya. Mau tak mau aku pun menoleh dan menuju ke sana.

“Ohayou gozaimasu, Yumiko. Ohayou gozaimasu Kak Satoru…,” sapaku pada mereka.

“Ohayou gozaimasu, Manami.” balas Kak Satoru dan Yumiko berbarengan. Mereka berdua berpandangan lalu tertawa bersama.

“Aduh, kenapa kita bisa bareng membalas ucapan Manami ya, Satoru? Hehehe…,” ucap Yumiko kecil sambil tersenyum.

Aku ikut tersenyum, tepatnya pura-pura tersenyum menutupi kecemburuanku karena Yumiko dengan begitu cepatnya bisa dekat dengan laki-laki yang kusukai. Apalagi Yumiko telah memanggil Kak Satoru hanya dengan namanya. Ah, rasanya aku ingin cepat-cepat pergi dari sini.

“Manami dari mana dan mau ke mana?” tanya Kak Satoru padaku.

“Tadi dari minimarket. Habis itu keliling sebentar dan ternyata ketemu Kakak dan Yumiko, hehehe…” jawabku berbohong.

“Oh…,” kata Kak Satoru singkat.

“Manami, mau ikut kami tidak ke Fushimi Inari?” tawar Yumiko padaku.

Kami? Berarti Yumiko dan Kak Satoru akan ke Fushimi Inari. Aku terbayang ciri khas Fushimi Inari yaitu deretan kayu yang menjadi gapura-gapura bersusun berwarna orange dan hitam. Kontur tanah yang berbukit menjadi ciri khas jika semakin ke dalam area, semakin menanjak. Sudah lama diriku tidak ke sana sejak chici (ayah) meninggalkan haha dan aku demi wanita lain.

“Hei, kok malah melamun. Mau tidak, Manami?” tanya Yumiko lagi sambil mengibaskan tangannya di depan wajahku.

“Eh, tidak. Maaf Yumiko. Hari ini aku membantu haha membuat pesanan kue,” jawabku. “Aku duluan ya, semoga ke Fushimi Inari kalian menyenangkan,”

Yumiko tersenyum dan melambaikan tangannya ketika aku kembali mengayuhkan sepeda, sementara Kak Satoru hanya diam saat aku berpamitan.

Sesampainya di rumah, haha sudah sibuk menyusun kue-kue yang akan diantarkan kepada pemesan.

“Manami, siang nanti sekitar pukul 1 tolong antarkan kotak berwarna hijau itu ya!” kata haha yang melihatku sudah duduk di kursi sambil menuangkan minuman jeruk buatannya.

Aku mengangguk lalu tersenyum. Sebenarnya aku ingin bekerja paruh waktu untuk meringankan beban ibuku. Tapi haha tidak memperbolehkanku bekerja. Cukup belajar dengan rajin dan menjadi anak pandai sehingga bisa bekerja yang baik nantinya, itu pinta haha padaku. Aku pun berjanji, akan menjadi anak yang baik, bisa membanggakan dan membahagiakan haha.

Sambil meneguk minuman, aku membayangkan Yumiko yang kini tengah berjalan berdua dengan Kak Satoru. Apakah mereka sudah menjadi sepasang kekasih? Apakah Kak Satoru menyukai Yumiko dan Yumiko juga menyukai Kak Satoru, ya? Aku tidak tahu itu. Hanya yang kutahu jika saat ini aku merasakan kehampaan.

***

“Aku menyukai Satoru, Manami. Menurutmu bagaimana? Apakah Satoru akan menerima cintaku?” kata Yumiko saat istirahat pergantian palajaran.

“Yumiko gadis yang cantik, laki-laki manapun akan menyukai Yumiko termasuk Kak Satoru,” jawabku sekenanya.

Yumiko tersenyum sumringah. Lalu ia berkata lagi, “Pada Festival Gozan no Okuribi nanti, aku akan menyatakan cinta pada Satoru,”

Aku kaget. “Yumiko yang akan menyatakan duluan?” tanyaku pada Yumiko yang terlihat bahagia. Aku belum pernah melihat wajah Yumiko secerah itu. Apakah karena ia telah benar-benar jatuh cinta pada Kak Satoru hingga membuat dirinya seperti itu?

Yumiko menganggukkan kepala cepat. “Hai, Manami!” jawab Yumiko mantap.

“Ganbatte kudasai (Selamat berjuang), sahabatku! Semoga semuanya lancar. Jangan lupa mentraktirku makan udon jika berhasil!” kataku sambil mengerlingkan mata jenaka pada Manami.

“Oke, mudah itu! Hahaha…,” Manami tertawa dengan bahagia.

Munafik, aku benar-benar munafik. Bisa-bisanya aku mendoakan Yumiko berhasil dengan Kak Satoru. Padahal hatiku sedang dibakar api cemburu. Ya Tuhan, aku berharap Kak Satoru tidak menerima cinta Yumiko, doaku dalam hati. Tapi, alangkah jahatnya diriku pada sahabat sendiri.

Aku baru merasakan perasaan mereka, para gadis yang membenci Yumiko, karena Yumiko telah merebut perhatian cowok-cowok yang diincar mereka. Aku sudah menetapkan hati untuk tidak ikut membenci Yumiko, tapi saat ini kenapa rasa itu tiba-tiba ada. Rasa sedikit kesal karena Yumiko menyukai Kak Satoru. Jika aku mulai membenci Yumiko, aku merasa yang jahat itu aku.

Bukan kehendak Yumiko yang terlahir dengan kecantikan lebih dan memiliki daya tarik yang memikat. Jadi tak seharusnya mereka atau pun aku dengan seenaknya menyalahkan Yumiko. Yumiko tetap gadis yang berhak mendapatkan sahabat dan dapat diterima dengan baik olehku dan oleh mereka.

Selesai sekolah hari ini, seperti biasanya aku segera menuju klub tenis. Yumiko sendiri ke klub tatacara perjamuan minum teh. Dalam hati aku berucap, untung saja Yumiko bukan anggota klub tenis. Jika iya, tentu Yumiko akan terus bersama Kak Satoru. Aku yang hanya bisa menyukai diam-diam tentu akan sangat menderita menahan cemburu.

Setelah meletakkan tas di ruangan klub, aku segera menuju lapangan. Akan tetapi kohai kelas 1 belum menyiapkan dan membersihkan lapangan. Bisa-bisa senpai kelas 3 akan marah jika melihat lapangan dalam keadaan begini. Aku tak ingin itu terjadi. Lalu dengan cepat kubersihkan lapangan dan mengaturnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun