Penjual tempe baik yang menggunakan produk tradisional yang masih menggunakan bungkus daun pisang dan tempe yang menggunakan bungkus plastik, keluhan keduanya sama saja. Terkait covid mereka merasakan dampaknya.
Dampak paling parah tentu ada pada harga bahan baku yang tidak stabil dan bahkan kalau naik bisa kelewat batas, ini yang membuat banyak pengusaha tempe bisa gulung tikar dan bahkan tidak sedikit yang beralih profesi.
Pembuatan tempe sendiri juga memerlukan waktu sampai 3 hari, agar bisa jualan setiap hari tentunya harus membuat nya setiap hari, ada selisih 2 hari dimana ini merupakan modal yang 2 kali lipatnya harus di penuhi dulu di bahan baku dan pembuatan.
"Ya kalau saya sampai tidak buat tempe beberapa hari saja, rasanya seperti usaha saya ini  mulai dari nol lagi ". Ini kata mbok Simpen sambil mengeluh dengan kondisi pandemi yang entah kapan selesainya ini.
Bahkan mungkin juga tidak hanya mbok Simpen dan mas Bagus saja yang merasakan hal ini, ini hanya penggalan obrolan dengan beberapa orang saja, terkait dengan produk yang menggunakan kedelai sebagai bahan bakunya.
Baik itu pengusaha tahu maupun tempe, semuanya merasakan dampaknya Apalagi dengan kondisi yang sewaktu -- waktu bisa lockdown yang kadang ini juga mendadak. Dimana kebutuhan keluarga tidak bisa di tawar lagi.
Semua harus makan, solusi terbaik mungkin cuma bertahan dengan produksi seadanya atau pindah ke bisnis lain yang bisa menghasilkan uang dan bisa memenuhi kebutuhan keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H